TRIBUNNEWS.COM – Berbagai cara dilakukan para artis serta perusahaan rekaman dalam mengatasi mengatasi maraknya pembajakan serta pelanggaran hak cipta yang terjadi di internet.
Namun cara berbeda dilakukan oleh grup rock ternama asal Inggris, Iron Maiden. Alih-alih melakukan tuntutan, mereka malah memanfaatkan data pembajakan yang berhasil dikumpulkan.
Melalui jasa Musicmetric, sebuah perusahaan analisis musik, mereka mengumpulkan data dan mencari tahu negara mana saja yang memiliki tingkat pembajakan paling besar. Nantinya data itu dijadikan acuan bagi mereka untuk mengadakan konser disana.
Mereka berpendapat, cara ini bisa menggantikan metode lama yang sering dijadikan acuan. Di masa lalu, penjualan album menjadi patokan akan popularitas seorang artis atau sebuah band sehingga nantinya mereka bisa mengadakan pertunjukan disana.
Kini di saat makin suburnya tingkat pembajakan ataupun mengunduh konten ilegal secara bebas, cara tersebut memang sudah tidak tepat digunakan lagi.
"Jika Anda tahu apa yang mendorong mereka melakukan hal tersebut, Anda bisa memanfaatkannya untuk mengetahui basis penggemar Anda. Para artis bisa berkata 'kita dibajak disini, mari kita lakukan sesuatu' atau 'kita cukup populer disini, mari kita adakan konser untuk itu'", kata Gregory Mead, CEO Musicmetric, yang dikutip dari situs Cite.
Menurutnya, keterlibatan artis dengan penggemarnya melalui sebuah konser akan mengubah perilaku dan menurunkan tingkat persentase pembajakan di suatu negara.
Sejauh ini dari data yang terhimpun, Brasil tercatat sebagai negara yang paling banyak melakukan pengunduhan konten secara ilegal, khususnya konten yang berhubungan dengan grup rock Iron Maiden. Tidak heran, jika Brasil memang menjadi fokus utama Iron Maiden dalam menggelar konser disana.