TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keluarga almarhumah Inggit Ganarsih, mantan istri Soekarno, menilai film Soekarno yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo, mencederai ketokohan dan bertendensi menghancurkan kredibilitas Soekarno atau Bung Karno dan Inggit.
Penilaian pada filmĀ yang diproduksi oleh MVP Pictures, dengan produser eksekutif Raam Punjabi ini disampaikan keluarga Inggit dalam pertemuan dengan juru bicara Rachmawati, Teguh Santosa, di Bandung, Sabtu (28/12/2013).
Teguh mengaku diutus oleh Rachmawati untuk menemui keluarga Inggit. Pertemuan itu dilakukan di kediaman Inggit, Jalan Inggit Ganarsih, Ciateul. Teguh juga dibawa ke makam Inggit di Babakan Ciparay.
"Keluarga Ibu Inggit sangat menyesalkan penggambaran kedua tokoh nasional dan pejuang ini secara serampangan dan sembarangan," ujar Teguh.
Di Bandung, lanjut Teguh, ia bertemu dengan Tito Zaini Asmarahadi, anak dari pasangan Ratna Djuami dan Asmarahadi. Ratna merupakan anak angkat Bung Karno dan Inggit yang ikut dalam pembuangan ke Ende dan Bengkulu. Di Bengkulu, Ratna berteman dengan Fatmawati, yang kelak disunting oleh Bung Karno.
Sementara itu, Asmarahadi merupakan pujangga dan jurnalis yang ikut menemani keluarga Bung Karno di Ende. Ketika Bung Karno dipindahkan ke Bengkulu, Asmarahadi diminta kembali ke Jakarta dan Bandung untuk menggalang kekuatan pemuda di bawah tanah.
"Keluarga Ibu Inggit menyesalkan sutradara dan produser film yang menggambarkan Ibu Inggit sebagai sosok temperamental yang berani melemparkan piring dan sandal ke arah Bung Karno. Penggambaran ini sangat merusak dan disebutkan bertendensi menghancurkan kredibilitas kedua tokoh," ujar Teguh lagi.
"Hanung Bramantyo dan Raam Punjabi tidak boleh berlindung di balik kreativitas dan hak menafsirkan kehidupan seseorang, apalagi tokoh sekaliber Bung Karno dan Ibu Inggit," lanjutnya.
Menurut Teguh pula, Tito juga mengatakan pernah ditemui oleh kru film Soekarno. Namun, sama sekali tidak ada permintaan izin untuk menghadirkan sosok Inggit dan karakter Ratna dalam film itu.