TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keluarga Inggit Ganarsih tak mau dilibatkan dalam konflik antara sutradara Hanung Bramantyo dan putri Bung Karno, Rachmawati, terkait film 'Soekarno'.
"Saya tidak bisa komentar, takut memperuncing keadaan. Mungkin ada faktor X atau apalah dalam perseteruan mereka, saya tidak tahu," ujar perwakilan keluarga Inggit, Tito Zaini Asmarahadi, Minggu (5/1/2014).
Tito merupakan anak dari pasangan Ratna Djuami dan Asmarahadi. Sedangkan Ratna merupakan anak angkat Bung Karno dan Inggit yang ikut dalam pembuangan ke Ende dan Bengkulu. Di Bengkulu, Ratna berteman dengan Fatmawati, yang akhirnya disunting oleh Bung Karno.
Sedangkan Asmarahadi merupakan pujangga dan jurnalis yang ikut menemani keluarga Bung Karno di Ende. Ketika Bung Karno dipindahkan ke Bengkulu, Asmarahadi diminta kembali ke Jakarta dan Bandung untuk menggalang kekuatan pemuda di bawah tanah.
Adapun Tito dikabarkan memprotes film Soekarno besutan sutradara Hanung Bramantyo, karena bertendensi menghancurkan kredibilitas Bung Karno dan Inggit Garnasih. Komentar Tito itu diutarakan Teguh Santosa, selaku juru bicara Rachmawati. Terkait hal tersebut, Tito pun memberikan klarifikasi.
"Bukan protes. Pada saat ketemu Teguh, saya belum nonton. Saya baru melihat trailernya. Justru Teguh yang banyak bercerita, bahwa ada adegan-adegan yang tidak benar," ungkap Tito.
Menurutnya di trailer film Soekarno ada tulisan Marhaenisme, yang pada zaman itu sebenarnya belum ada. "Sehingga saat itu saya beranggapan bahwa adegan-adegan lainnya pun melenceng," ujarnya.
Sebenarnya Tito diundang pihak produser dalam premier film Soekarno. Namun alasan teknis yang membuatnya tidak bisa hadir, bukan karena beranggapan bahwa film itu jelek dan melenceng dari sejarah.
"Tidak ada orang yang bisa mengantar saya ke Jakarta," ungkapnya.
Pada saat mengolah skenario film pun pihak produser dan sutradara juga sudah menemui keluarga Inggit, yang diwakili oleh Tito.
"Betul mereka minta izin. Tetapi menurut kami, itu sifatnya hanya pemberitahuan saja," kata Tito.
Setelah menonton film Soekarno di Bandung, Tito memang mengkritisi. Terutama pada beberapa adegan yang dianggapnya tidak sesuai fakta. Misalnya adegan Inggit melempar sandal dan beberapa barang ke Bung Karno.
"Adegan itu menunjukkan Inggit kok bersikap kasar. Saya tidak suka itu. Pembuatan film Bung Karno harus memperhatikan logika dan estetika," tuturnya.