Laporan Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lola Amaria sadar betul film "Negeri Tanpa Telinga" yang akan disutradarainya itu bernuansa politis. Apalagi, rilisnya dijadwalkan menjelang pemilu mendatang. Karena itu, ia berhati-hati sekali dalam proses pembuatannya supaya tidak melakukan kesalahan.
Kehati-hatian dalam proses penggarapannya dilakukannya dengan cara riset yang mendalam. Misalnya, riset bersama teman-temannya yang menjadi anggota dewan, bekerja di instansi pemerintahan, dan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Saya riset ke teman-teman di DPR, juga beberapa teman yang kerja di instansi, dan teman-teman KPK. Artinya film ini kan enggak boleh salah," ucapnya, Senin, (27/1/2014), dalam jumpa pers di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat.
Yang ingin diketahuinya lewat riset tersebut adalah cara kerja mereka. "Bagaimana mereka dipekerjakan, bagaimana mereka menggolkan sebuah proyek. Dan dari cerita-cerita itulah, akhirnya dapat buat alur cerita film ini," lanjut wanita berusia 36 tahun tersebut.
Meski melakukan riset dari teman-temannya, bukan berarti Lola mengalami kemudahan. Ada saja kendala yang kemudian dihadapinya. Sebab, teman-temannya tidak akan sembaranga menceritan yang diketahuinya.
"Mereka kan pasti tidak akan sembarangan cerita kepada siapa saja. Makanya, dari cerita yang dikasih tahu ke saya, saya kemudian menyaring lagi, kroscek kebenaran yang terjadi di sana? Kalau sudah benar ya sudah," ucapnya.