Laporan Wartawan Wartakota, Heribertus Irwan Wahyu Kintoko
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adi Jojon, anak sulung Djuhri Masdjan yang begitu populer dengan nama panggung Jojon, merasa ada firasat sesaat sebelum ayahnya itu menghembuskan nafas terakhir di RS Ramsey Premier Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis pagi.
Begitu bangun, Kang Adi --begitu Adi Jojon biasa disapa-- tiba-tiba mendengar kabar ada motor yang hilang di halaman rumahnya. Kang Adi segera mencari tahu kebenaran berita tersebut. Ketika itu, Kang Adi diberitahu ayahnya tiada.
"Saya sempat ada firasat, kehilangan kendaraan di rumah," kata Kang Adi di rumah duka, di Jalan Puri Pangeran No 3, Imperial Golf Estate, Sentul City, Kabupaten Bogor, Kamis siang, sebelum jenazah ayahnya disholatkan, lalu dikuburkan.
Kang Adi bernafas lega setelah motornya tetap ada di rumah dan tidak hilang. Namun, sejurus kemudian, Kang Adi justru syok ketika datang kabar ayahnya meninggal dunia di rumah sakit karena serangan jantung dan asma.
"Saya kehilangan papa," ucap Kang Adi.
Meski kaget dan terkejut, Kang Adi berusaha untuk mengiklaskan kepergian sang ayah. "Ini sudah jalan Allah. Sudah takdir-Nya," kata sulung dari tujuh bersaudara tersebut.
Sebelum meninggal, Jojon sempat berpesan pada anak tertuanya itu. "Saya diminta meneruskan rintisan ayah saya dan terus mengembangkan seni budaya, khususnya Betawi," ujar Kang Adi yang tetap tegar itu.
Setelah disemayamkan di Masjid Al Munawaroh, Sentul City, jasad Jojon beristirahat selamanya di TPU Blender, Kebon Pedes, Kotamadya Bogor. Ribuan pelayat dan warga mengantarkan Jojon ke peristirahatannya yang terakhir. (kin)