Laporan Wartawan Tribunnews.com, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjelang pemilu presiden 9 Juli mendatang, ada yang mengganjal di benak sutradara film kondang Nia Dinata.
Bukan galau karena belum tahu harus memilih siapa. Kalau pilihan, ia sudah punya jagoan.
Tapi soal sebuah iklan imbauan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang belakangan marak beredar di sejumlah jejaring sosial.
Secara garis besar, bunyi iklan bernuansa hitam-putih itu berbunyi, "Semua punya suara. Engga terdarftar sebagai DPT (Daftar Pemilih Tetap)? Langsung saja datang ke TPS yang letaknya sama dengan alamat KTP satu jam sebelum TPS ditutup."
Hal yang mengganggu sutradara "Arisan" ini adalah iklan tersebut berpotensi menimbulkan kecurangan dan berisiko membuat warga kehilangan hak pilihnya.
"Ini ajakan sih sebenarnya, tapi melihat peristiwa di Hong Kong, nanti kalau sejam sebelumnya yang datang ratusan, bisa jadi TPS ditutup karena tidak siap. Akhirnya, warga malah kehilangan hak pilihnya," katanya saat ditemui Tribunnews.com usai diskusi media bersama Gerakan Lawan Pilpres Curang, Senin (7/7/2014) petang.
Nia, yang mengaku baru pertama kali berpartisipasi dalam pemilu presiden, mempertanyakan kesiapan KPU terkait surat suara bagi pemilih tidak tetap.
"Dengan mengeluarkan iklan itu, sudah siapkah mereka dengan surat suara ekstra?
Sudah pernahkah mereka mengumumkan ke masyarakat berapa surat suara yang telah mereka cetak?" tegas Nia yang membentuk Gerakan Lawan Pilpres Curang.
Nia mengusulkan sebaiknya iklan tersebut lebih mengimbau masyarakat untuk memastikan dirinya sudah terdaftar sebagai DPT.