News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cara Pemain Biola Iskandar Widjaja Hadar Membumikan Musik Klasik

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemain biola Iskandar Widjaja-Hadar berkolaborasi dengan anak-anak Ciliwung Merdeka dan Jakarta Philharmonic Orchestra dalam konser berjudul ”Musik Yang Membebaskan” di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta, Kamis (27/11).

TRIBUNNEWS.COM -  Di tengah kesibukannya tur keliling dunia, pemain biola berpengalaman internasional Iskandar Widjaja-Hadar (28) bermain musik dengan anak-anak kaum urban dari bantaran Sungai Ciliwung dalam konser ”Musik Yang Membebaskan” di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (27/11) malam.

Musik klasik yang sering dianggap hiburan kaum ningrat ternyata bisa melebur bersama kesederhanaan anak-anak pinggiran. Dalam konser luar ruang di halaman Rumah Kudus, Bentara Budaya Jakarta, Iskandar mencoba membumikan musik klasik. Dia yakin, dengan bermusik, siapa pun akan memperoleh energi, semangat, dan inspirasi.

Iskandar yang lahir di Berlin, Jerman, 6 Juni 1986, beruntung mendapat kesempatan belajar musik klasik. Pemain biola besutan konduktor ternama Christoph Eschenbach itu memang dibesarkan dalam lingkungan keluarga pemusik. Ibunya, Batdriana Widjaja, ialah seorang pianis, sedangkan kakeknya, Udin Widjaja, merupakan komponis kawakan pada masa perjuangan dan pernah mendapat piagam Widjaja Kusuma dari Presiden Soekarno.

Asah bakat

”Di Jerman, ada banyak program untuk mendorong bakat bermusik anak-anak sedini mungkin. Sayang sekali, di sini (Indonesia) banyak anak-anak yang tak mendapat kesempatan mengasah bakat mereka,” katanya.

Bersama anak-anak Komunitas Ciliwung Merdeka, Jakarta Philharmonic Orchestra, dan pianis asal Medan, Christine Utomo, Iskandar membawakan beberapa komposisi, seperti ”River Flows in You” dan ”Kiss The Rain” karya Yiruma. Selain itu, mereka juga memainkan ”Sonata for Violin” dan ”Piano G-Major”, K 301, Allegro Con Spirito karya Mozart hingga lagu daerah, seperti ”Yamko Rambe Yamko” dan ”Jali-Jali”, serta lagu perjuangan ”Tanah Air”.

Menjadi musikus papan atas dunia tak membuat Iskandar tinggi hati. Dia selalu merasa menjadi anak kecil yang harus berlatih musik setiap hari.

Peraih medali emas 1st International Hindemith Violin Competition itu yakin bahwa kesuksesan seorang musikus bukan semata-mata karena talenta, melainkan 99 persen karena terus-menerus berlatih. Berkat rutin berlatih, kemahiran Iskandar bermain biola akhirnya mendapat pengakuan Zubin Mehta, satu dari lima besar konduktor terbaik di dunia.

Membebaskan

Konser ”Musik Yang Membebaskan” merupakan bagian dari kepedulian Iskandar bersama Jakarta Philharmonic Orchestra, Yayasan Philharmonic Society (YPS), dan Kompas Gramedia beserta sejumlah donatur. Konser itu secara khusus menyediakan layanan pendidikan musik bagi anak-anak dan remaja dari berbagai komunitas. Jumat pukul 16.00, Iskandar juga membuka lokakarya biola bagi anak-anak.

”Musik diharapkan mampu memotivasi dan membekali mereka untuk keluar dari kemiskinan dan marjinalitas,” ujar Dewan Pembina dan Sekjen YPS Ivan Hadar. Dia menambahkan, berbagai jenis musik dapat membangkitkan kegembiraan dan memberdayakan. Musik juga mampu memberi virus-virus positif bagi mereka yang kurang beruntung.

Windi (17), salah satu anggota Komunitas Ciliwung Merdeka asuhan Sandyawan Sumardi, mengatakan baru dua minggu memegang biola bersama rekan-rekannya. Di bawah asuhan konduktor Yudianto Hinupurwadi, mereka berkolaborasi dengan Iskandar membawakan lagu ”Yamko Rambe Yamko”, ”Tanah Air”, dan ”Jali-Jali”.(ABK)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini