TRIBUNNEWS.COM - Awalnya, Marcella tak pernah menyangka sakit yang terlihat ringan ternyata berubah menjadi mimpi buruk baginya dan keluarga.
“Pertama itu Magali muntah-muntah selama 3 hari. Ada batuk juga yang sudah 2 minggu tak kunjung reda. Saya sudah bawa Magali ke dokter anak. Dokter bilang itu hal yang normal, anak kecil muntah untuk mengeluarkan slam . Akhirnya, saya tenang saja. Cuma saat itu Magali juga dicek lingkar kepalanya, kok, agak membesar,” kata Marcella lagi.
Sebagai ibu yang mengamati keseharian anak-anaknya, ia juga melihat adanya perubahan. “Aku merasa ada penurunan aktivitas Magali di 3 bulan terakhir. Bukan cuma itu, berat badan Magali juga turun,” ungkapnya.
Namun, karena dokter anak mengatakan kondisi Magali baik-baik saja dan akan berangsur sehat, Marcella pun tak ambil pusing memikirkannya.
Begitupun soal ukuran kepala Magali yang membesar, dokter tidak mengatakan ada indikasi medis tertentu.
“Tapi, mama saya dan Oliv (adik Marcella) cukup peka. Mereka merasa ada yang salah dengan kondisi Magali dan minta saya untuk cek ulang ke dokter. Saya tetap minta mereka berpikir positif meski saya akhirnya jadi ikut kepikiran juga.”
Benar saja. Apa yang dikhawatirkan ibu dan adik Marcella terbukti. Kondisi Magali semakin memburuk. Puncaknya, Magali terus muntah-muntah dan mulai lemas.
Selain itu, nafsu makannya berkurang, “Dia terlihat sering mengantuk dan maunya tidur terus, kemudian nafsu makan berkurang. Tapi, Magali enggak nangis sedikitpun. Itu yang saya heran.”
Usai mengeluarkan cairan, masih ada tindakan medis yang harus dilakukan. Tumor otak dalam kepala Magali harus diangkat.
Di saat yang sama, Marcella Zalianty mendapat rekomendasi dokter bedah saraf terbaik di Jakarta, tapi di rumah sakit berbeda.
Ia pun bergegas ke sana dan bertemu dokter tersebut dengan membawa hasil MRI Magali, “Tapi, saya hanya memperlihatkan kepada dokter hasil MRI itu melalui foto di handphone . Di situ dokter lalu bilang ada sesuatu yang mengerikan terkait tumor di kepala Magali. Dokter bilang ‘Saya lebih suka ngomong pahit di depan dan kita berusaha bersama untuk mencari jalan terbaik dengan opsi yang ada’. Enggak lama Nanda menyusul, membawa hasil MRI asli. Setelah dicermati, dokter bilang optimis dengan tindakan operasi berikutnya,” ungkap Marcella panjang lebar.