News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Olga Syahputra Meninggal Dunia

Kisah Pedagang Es Dawet Langganan Olga Syahputra yang Ikut Merasa Kehilangan

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Fajar Anjungroso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cuaca mendung tak menghalangi hasrat banyak orang berdatangan ke kuburan Olga Syahputra, Minggu 29 Mare 2015

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Turuhman (55), pedagang es dawet Banjarnegara sejak Sabtu (28/3/2015) hingga hari ini, Minggu (29/3/2015) masih setia berdagang di sekitar makam Olga yakni di TPU Malaka Jaya, Jaktim.

Rupanya, pria asli Banjarnegara Jateng ini sempat mengenal sosok Olga. Pasalnya, semasa Olga masih tinggal di rumah orangtuanya di Duren Sawit Jatim, Olga sering membeli dawet buatannya sendiri.

Turuhman sudah berjualan dawet sejak 30 tahun lalu yang memang bisa memikul dagangannya ke BKT, Kelender, serta Duren Sawit, tempat kediaman Olga.

"Dulu waktu Olga masih tinggal di rumah orangtuanya, dia sering beli es dawet saya. Dia senang, katanya enak. Karena kan es saya asli bahannya dari tepung beras, tidak campuran," tegasnya.

Seperti diketahui, kepergian Olga memang membawa kepedihan bagi keluarga dan para fans. Namun disisi lain kepergian Olga juga menjadi berkah bagi para pedagang di TPU Malaka Jaya, Jaktim.

Sejak Olga dimakamkan kemarin, Sabtu (28/3/2015) hingga hari ini Minggu (29/3/2015), baik Turuhman maupun pedagang lainnya seeperti cilok, ketoprak, bakso, dan mie ayam banyak berjejer di sekitaran areal pemakaman.

"Saya kemarin jualan disini,laris manis. Olga benar-benar bawa berkah dan barokah. Dia orang baik, saya doakan masuk surga," tutur
Turuhman.

Diutarakan Turuhman, biasanya dia berjualan keliling mulai dri BKT, Duren Sawit, hingga Klender, Jaktim. Namun kemarin, lantaran Olga dimakamkan di sini, Turuhman pun mencoba peruntungan.

Alhasil, ia pun ketiban durin runtuh dagangannya ludes hanya dalam waktu hitungan jam. Bahkan saat melayani para pembeli pun, warga Bojong Indah itu kewalahan.

"Satu jam jualan langsung habis dawet saya. Untung kotor sekitar Rp 500 ribu. Padahal biasanya, hany dapat Rp 100-150 ribu, itu pun harus keliling mikul kemana-mana, ujarnya.

Ayah dua anak itu menceritakan, keuntungan tidak hanya dirasakaan oleh dirinya, tapi juga oleh pedang-pedagang lain.

"Saya jualan es dawet di Jakarta sudah 30 tahun, baru kali ini dalam sejarahnya walau hujan, es saya ludes dalam waktu satu jam," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini