TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Chelsea Islan itu beda. Dia nggak cuma jadi aktris buat popularitas dan uang saja. Cita-cita mulia Chelsea Islan untuk perfilman Indonesia pun patut dikasih dua jempol.
Tiga tahun terakhir, Chelsea super produktif sebagai pemain film layar lebar. Sebelum 3 Srikandi dan Love You… Love You Not, ia mengawali kariernya dengan film Refrain (2013), Street Society (2014), Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar (2014), Di Balik 98 (2015), dan Guru Bangsa Tjokroaminoto (2015).
”Mau ambil karakter berbeda biar kelihatan grafik emosinya, untuk pengembangan akting,” tambahnya. Dari peran anak SMA yang lugu di Refrain, Chelsea berubah menjadi Karina dengan gangguan jiwa di Street Society.
Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar dan Di Balik 98 menjadi film kebanggaannya karena semakin menuntut kematangan berakting.
Karena aktingnya sebagai aktivis reformasi mahasiswa di film Di Balik 98, Chelsea diwawancara khusus oleh stasiun televisi berita ABC di sela gelaran Indonesian Film Festival 2015 di Melbourne, Australia.
Memakai baju tenun lurik karya desainer Didiet Maulana, Chelsea tersipu ketika presenter ABC mewawancarai kemungkinan dirinya suatu saat bakal menapaki Hollywood.
”Gimana ya rasanya. Aku punya mimpi. Cita-cita aku memang ingin sampai sana (Hollywood) agar perfilman Indonesia bisa terseret ke sana. Untuk perfilman Indonesia juga kalau sampai terwujud,” kata Chelsea, dikutip dari Kompas Muda.
Kematangan dalam bermain peran semakin dibangun ketika tampil sebagai gadis blasteran Belanda-Indonesia bersama aktor-aktris kawakan, seperti Christine Hakim, Didi Petet, dan Alex Komang, dalam film sejarah Guru Bangsa Tjokroaminoto.
”Nggak ada target. Setiap film yang aku ambil pasti harus dipikir baik-baik. Kalau karakter sama, enggak ada tantangan baru. Selalu cari tantangan baru,” ujarnya.