TRIBUNNEWS.COM - "Secara garis besar, The Revenant adalah kisah bertahan hidup, kisah tentang gimana sih beradaptasi. Namun yang lebih penting, it's all about trust" celoteh Leonardo DiCaprio dari altar Golden Globes 2016 lalu usai menggaet penghargaan untuk aktor terbaik.
Rentetan kalimat yang keluar jujur dari bibir Leo menjadi gambaran secara keseluruhan film terbarunya tersebut.
Bermain di bawah arahan sutradara Alejandro González Iñárritu, Leo nggak cuma harus berjibaku dengan suhu beku, tetapi juga serangan beruang liar pada film yang merupakan adaptasi kisah nyata tersebut.
Momen di mana dirinya dikubur hidup-hidup oleh rekannya sendiri pun nggak bisa dianggap remeh.
"Pain is temporary, film is forever. Dan saya yakin, itu pesan yang saya ingin sampaikan kepada penonton yang melihat film ini," ujar aktor asal California ini.
Tetapi juga secara tak langsung, The Revenant sendiri merupakan refleksi karir seorang Leonardo DiCaprio.
26 tahun berkarir di industri perfilman Hollywood, hidup Leo memang disesaki berbagai macam kesuksesan.
Akting kelas dunianya yang tajam nggak cuma bikin tiap film yang dibuat enak ditonton, tetapi juga bernilai sangat mahal.
Tentu kita nggak bisa melupakan bagaimana akting menawan Leo bersama lawan mainnya, Kate Winslet membawa Titanic arahan James Cameron ke puncak film dengan pemasukan terbesar sepanjang sejarah sebelum digusur Avatar pada 2010 lalu.
Namun, jika ditarik ke dua belakang, judul-judul seperti Django Unchained, The Great Gatsby, The Wolf of Wall Street meledak di Box Office dengan rata-rata penghasilan sekitar USD 1,2 triliun. WOW!
Popularitas dan nama besar Leo berlanjut ke panggung penghargaan. Setidaknya, sudah ada 48 penghargaan yang bersemayam di trofi apartemennya, dengan total nominasi 161 dari berbagai awarding, mulai dari Golden Globes hingga SAGA Awards.
Tentu saja, kesuksesan tersebut datang dari kerja kerasnya sejak 1989.
"Dia adalah aktor yang sangat tangguh dan loyal dengan pekerjaannya. Kalau boleh jujur, aku lebih fokus mendukung dia memenangkan segalanya saat ini," ucap Kate Winslet yang memerankan karakter Rose di Titanic.
Sayang, Leo masih punya satu hal yang bikin dia khawatir dan nggak bisa tidur dalam 18 tahun terakhir, hal yang dianggap lebih berharga dari awarding apapun buat Leo. Yap, he's yet to win an Oscar!
Numpang Lewat
Punya wajah oke serta talenta yang luar biasa bukan berarti mudah buat Leo mewujudkan mimpinya buat menang Oscar.
Tiga kali dinominasikan, Leo sama sekali hanya kebagian remah-remahan gaung dari Oscar itu sendiri.
Pertemuan Leo dan Oscar pun terjadi di tahun 1993. Ketika itu, Leo yang berusia 20 tahun mengejutkan dunia dengan nominasi Aktor Pendukung Terbaik lewat perannya sebagai Arnie Grape di film What's Eating Gilbert Grape namun gagal bawa pulang piala usai aktor kawakan, Tommy Lee Jones menang.
Oscar seakan menjauhi Leo setelah itu. Maklum, imej heartrob yang menempel di dalam dirinya membuat Leo lebih mementingkan duit dan popularitas ketimbang piala, di mana setidaknya Leo sukses bawa Titanic (1997), Romeo and Juliet (1996) sampai The Beach (2000) ke tangga juara box office.
Keduanya lantas baru bertemu kembali di tahun 2005, kali ini lewat perannya sebagai pebisnis eksentrik, Howard Hughes lewat film The Aviator dan di 2007 berkat film perang saudara, Blood Diamond di mana Leo akhirnya tampil di luar zona nyamannya dengan bermandikan bubuk mesiu dan debu-debu Afrika.
"Terkadang, bermain di film yang nggak terlalu memperdulikan sisi bisnisnya terasa jauh lebih mengesankan seperti Blood Diamonds. Saya harus tampil menekan sejak take pertama guna mendapatkan hasil yang bagus. Memang, sangat beresiko. Namun, selama Anda pantang menyerah, publik akan kasih apresiasi lebih dari yang Anda bayangkan," jelas Leo kepada Deadline, 2014 silam.
Sikap anti menyerah Leo dilanjutkannya saat namanya kembali dipanggil masuk ke dalam nominasi Best Actor untuk The Wolf of Wall Street, pada 2014 di mana dia tampil sebagai seorang pialang saham yang hedon abis.
Namun Academy justru kembali membuat dirinya kecewa lantaran lebih memilih akting Matthew McConaughey sebagai penyandang AIDS di film Dallas Buyers Club. Unlucky!
Slap the Stud Theory
Publik nggak cuma gregetan dengan fakta tersebut. Beberapa di antaranya bahkan menjadikan momen kegagalan Leo sebagai bahan lelucon yang viral di dunia maya.
Kritukus-kritikus film nggak segan mencari-cari teori mengapa Leo sampai sekarang nggak bisa ngegebet Oscar pertamanya. Salah satunya soal gimik.
Coba lihat McConaughey, dia rela diet hebat demi perannya di Dallas Buyer Club. Atau Jamie Foxx yang akting sebagai tunanetra-nya dapat buat film Ray atau mungkin Eddie Redmayne yang bakal head-to-head lagi bareng Leo lewat akting totalnya menjadi ilmuwan kenamaan, Stephen Hawking di The Theory of Everything.
Sedangkan Leo? Nyaris kebanyakan karakter yang dimainkan nggak bisa lepas dari pribadinya sendiri. Perawakan yang necis, cool, jantan dan playboy berat seakan menjadi syarat tersendiri buat pilihan karakter yang ada.
Alhasil, film-film seperti Gangs of New York, The Great Gatsby, hingga The Wolf of Wall Street cuma mentok di box office saja. Satu-satunya gimik yang mendekati istimewa paling aksen Boston-nya yang kental di film The Departed.
Teori lain justru datang dari Oscar-nya itu sendiri yang seakan menolak berjodoh dengan Leo. Ini yang dijabarkan langsung oleh kritikus film, Tom O'Neil lewat Slap The Stud Theory.
"Para voters Oscar adalah orang-orang tua cemburuan yang punya pikiran 'Ok, guys kalian memiliki segalanya, kekayaan, popularitas, rumah-rumah mewah di Baverly Hills. Jadi maaf, kalian belum bisa nih dapat Oscar'" ucap O'Neil.
Makes sense sih. Nama-nama beken seperti Tom Cruise, Brad Pitt, Jake Gyllenhaal bahkan Johnny Depp bernasib sama dengan Leo, meski kayaknya mereka nggak terlalu care dengan Oscar juga.
Terlepas dari teori-teori tersebut, kini Leo menatap tajam kesempatan lainnya meraih Oscar dan itu datang pada akhir Februari mendatang. Di lihat dari kompetitornya memang bukan pekerjaan mudah buat menyingkirkan nama-nama seperti Michael Fassbender, Eddie Redmayne, hingga Matt Damon.
Namun, dengan bekal The Revenant yang meraih banyak pujian dan juga pundi-pundi secara komersial, baik dari kalangan fans maupun non fans, Leo cukup pantas berada di tengah panggung Oscar dan menghantarkan pidato kemenangan untuk pertama kalinya.
"Nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Semua orang punya prediksi. Saya pun nggak berharap apa-apa. Yang saya lakukan hanyalah melakukan yang terbaik untuk menampilkan karya yang saya banggakan. This is at least worth talking about," tegasnya.
Dan akhirnya, tepat di tanggal 28 Februari, nama Leonardo DiCaprio masuk ke dalam jajaran peraih Oscar. Usai perannya di The Revenant sukses membawanya membungkam nama-nama saingannya.
Tentu saja, kemenangan ini bukan akhir segalanya. Karena, di depan, masih ada cita-cita Leo yang belum kesampaian. “Saya tidak akan menyianyiakan kemenangan ini!” tegas Leo saat menyampaikan pidato kemenangannya di Academy Awards 2016.