News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dwiki Dharmawan Prihatin Pernyataan Ahok Soal Kampung Luar Batang

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

JAZZ UNESCO - Dwiki Darmawan, pada acara jumpa pers rencana keberangkatan Unesco International Jazz Day di Polandia, Senin (20/4) di Paviliun 28 Kulinri Sinema, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sejak tahun 2011, UNESCO menetapkan tanggal 30 April sebagai Internasional Jazz Day. Dalam rangka memperingati dan memeriahkan hari Jazz internasional tahun ini. Dwiki Dharmawan diundang tampil dalam ajang Master Jam Festival yang merupakan bagian dari peringatan UNESCO International Jazz Day yang diselenggarakan di Odessa sebelah barat Ukraina, Eropa Timur. Kehadiran saya dalam ajang ini, merupakan inisiatif Duta Besar RI untuk Polandia, Bapak Peter F Gontha juga Duta Besar RI intuk Ukraina Niniek Kun Naryatie, kata Dwiki menerangkan. Kegiatan yang mengambil tempat di Odessa Musical Comedy Theatre pada 26 April ini, akan menampilkan sejumlah musisi dalam dan luar negeri Ukrania, antara lain Nelly Manukian (Armenia, flute) dan Boris Plotnikov (Russia, harmonica), Bernard Struber (guitarist dan pianist dari Strasbourg, Perancis, juga Dwiki Dharmawan (Komposer, Pianis asal Indonesia) Dwiki akan tampil disandingkan dengan tiga musisi modern jazz asal Polandia, yakni Adam Golucki (Drums), Pawel Uriwski(Accustic & Electric Bass), dan Piotr Checki (Saxophone). Saya sudah mengirimkan lagu yang akan kami mainkan, berikut score-nya ke mereka, kata Dwiki Dharmawan. Pendiri dan Pemilik Sekolah Musik Farabi ini, dijadwalkan tampil sepanjang 35 menit, memainkan karya dan komposisnya seperti Arafura, Jazz for Freeport, The Spirit of Peace dan lagu-lagu lain yang di antaranya diambil dari album terbarunya bertajuk Passion, Love, Live?. Di samping itu, saya juga membawakan lagu daerah Indonesia yang saya aransemen ulang seperti Jenger, Cik Cik Periuk dan Paris Barantai. Jadi saya akan memainkan lagu-lagu kombinasi antara karya sendiri dan lagu daerah Indonesia. Ada sekitar sembilan lagu yang saya siapkan. Warta Kota/nur ichsan

TRIBUNNEWS.COM - Pemain keyboard dan piano, pencipta lagu, dan produser musik Dwiki Dharmawan (49) mengaku prihatin akan pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, tentang sejarah permukiman di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara.

"Saya sekarang sangat prihatin ketika Gubernur Ahok bilang bahwa, 'Oh saya menggusur Kampung Luar Batang itu, saya sudah melakukan penelitian arkeologi bahwa dulunya tidak ada manusia dari Bugis, dari Madura di situ'," ujar Dwiki dalam jumpa pers Jazzphoria di Motion Blue, Hotel Fairmont, Jakarta Selatan, Selasa (10/5/2016) malam.

"Ya, kalau mau nyari manusia purba di situ ya enggak ada. Memang manusia kan berkembang, berpindah-pindah," tambahnya.

Dwiki mengatakan hal itu karena masalah orang-orang yang tergusur dari Kampung Luar Batang merupakan persoalan sosial yang menjadi salah satu perhatian bandnya, Krakatau.

Lagu-lagu Krakatau, terang Dwiki, kini dan ke depan akan sarat dengan tema sosial dan lingkungan. Penggusuran permukiman warga Luar Batang salah satu contoh yang bisa menjadi inspirasi karya musik mereka.

"Seperti biasa, Krakatau itu kalau menyentuh tidak terlalu langsung. Mungkin Krakatau kalau bikin lagu tentang itu judulnya tidak akan 'Nelayan Luar Batang', dibikin apa gitu yang menyentuh nasib kaum yang tergusur seperti itu," ucapnya.

Suami vokalis Ita Purnamasari itu menyebut bahwa album terbaru Krakatau nantinya lebih dewasa dan sarat akan isu sosial dan lingkungan.

"Bicara human interest, alam, cinta, jadi memang lebih mature. Dulu itu kami masih ABG. Lagu temanya imajinasi, bercita-cita. Eranya gitu. Sekarang udah punya anak gede. Kami lebih banyak memperhatikan humaniora, alam, dan spirit positif," terangnya.

Diberitakan sebelumnya, Ahok mengadakan pertemuan dengan Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia (UI), Mundarjito, di Balai Kota pada Selasa (10/5/2016).

Dari pertemuan tersebut, Ahok mengaku telah mendapat pemaparan yang dinilainya menjadi bukti bahwa permukiman di Kampung Luar Batang dan sekitarnya baru muncul pada 1980-an dan tak masuk dalam sejarah panjang kawasan tersebut.

Menurut Ahok, pada era pemerintah kolonial Belanda, kawasan tersebut pernah dijadikan gudang penyimpanan.

Jika ada gudang, dia yakin Belanda tidak akan mungkin mengizinkan ada warga bermukim di sekitarnya.

"Bagaimana bisa kamu mengklaim nenek moyangmu di situ? Saya tanya kalau zaman Belanda ada gudang VOC, dia kasih enggak kamu bikin rumah di atas gudangnya? Logika saja," ujar Ahok di Balai Kota, Selasa.

Ahok juga menyinggung soal keberadaan Pasar Heksagonal di Pasar Ikan dan Akuarium di lokasi yang kini dikenal sebagai Kampung Akuarium.

Menurut Ahok, Akuarium di lokasi tersebut dibangun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 1960-an. Namun, pada 1980-an, bangunan tersebut dibongkar.

Pasca-pembongkaran itulah, diyakininya, warga mulai menduduki kawasan tersebut.

"Sampai 80-an itu baru pindah. Berarti mereka menduduki itu tahun berapa? Di atas 1980-an. Saya punya bukti. Saya sudah kerja sama dengan arkeolog dan kita mau lakukan restorasi," ujar Ahok lagi.

Andi Muttya Keteng Pangerang/Kompas.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini