News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Artis Terjerat Narkoba

Ada Ilmu Kanuragan di Padepokan Gatot Brajamusti, Katanya Buat Bantu Pemerintah Atasi Rusuh

Penulis: Regina Kunthi Rosary
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polda Metro Jaya terus melakukan penyelidikan terkait kepemilikan senjata api oleh Ketua PARFI, Gatot Brajamusti. Badan Intelijen Keamanan Polri bahkan ikut menelusuri pemasok senjata api ini.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Padepokan Brajamusti milik Gatot Brajamusti atau Aa Gatot awalnya beranggotakan para jawara, terutama padepokan yang berada di Kota Surabaya.

Di padepokan tersebut, para murid Gatot memperdalam kanuragan yang diajarkan langsung oleh Gatot.

Wahyuhono Adi Paripurno, salah seorang pendiri sekaligus anggota Padepokan Brajamusti menceritakan hal itu ketika dtemui di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Selasa (13/9/2016).

Menurut Wikipedia, ilmu yang berfungsi untuk bela diri secara supranatural itu mencakup kemampuan bertahan (kebal) terhadap serangan dan kemampuan untuk menyerang dengan kekuatan yang luar biasa.

Wahyu mengisahkan, saat itu ia kerap mengirimkan para anggota ke padepokan Gatot yang berada di Sukabumi, Jawa Barat, untuk berlatih kanuragan.

Pasalnya, mereka kerap membantu pemerintah dalam mengatasi terjadinya demo.

"Saya, sering, kirim anggota saya secara periodik, seminggu, kemudian balik lagi ke Surabaya, untuk latihan kanuragan. Karena waktu itu kan banyak kerusuhan-kerusuhan yang harus kami siapkan untuk membantu pemerintah," ucap Wahyu.

"Kanuragan itu, ya, tenaga dalam. Jadi, kami menghadapi apa-apa di lapangan, demo-demo atau apa, nggak ada masalah," lanjutnya.

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, padepokan tersebut dibentuk oleh Gatot bersama Wahyu.

"Padepokan berdiri sekitar tahun 2000 atau 1999 mungkin, ya. Waktu itu, di Surabaya, saya bertemu Aa Gatot dan kami kebetulan jawara-jawara semua. Jadi, ya, di situ awalnya," ujar Wahyu.

"Paling tidak, jawara-jawara atau yang liar-liar, kami, bisa bergabung untuk ke arah yang benar. Kan begitu. Jangan salah, di Surabaya, jawara-jawaranya itu santrinya Aa, lho. Waktu awal dulu, kami kan masih muda-muda, penginnya jadi jawara sehingga Aa bilang, 'Jangan jadi jawara, pasti dicoba orang,'" lanjutnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini