TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Penyanyi Madonna mengklarifikasi pernyataannya saat berorasi di unjuk rasa Women's March di Washington DC pada Sabtu (21/1/2017).
Saat itu Madonna mengungkap kemarahannya sampai-sampai ia memikirkan untuk meledakkan Gedung Putih.
Melalui akun Instagramnya, Madonna menjelaskan maksud dari kalimatnya itu. Ia menyebut mengikuti Women's March sebagai pengalaman yang indah dan luar biasa.
"Saya bukan orang yang suka kekerasan. Saya tidak menyuruh orang melakukan kekerasan," Madonna menulis di akunnya.
"Penting bagi siapa pun untuk mendengar dan memahami orasi saya secara keseluruhan, bukan sepotong kalimat yang dicuplik di luar konteks," lanjut penyanyi "Like A Prayer" itu.
Madonna menjelaskan, ia berbicara menggunakan metafora dan berbicara tentang melihat segala sesuatu dengan dua cara.
"Yang pertama dengan penuh harapan dan lainnya dengan amarah, seperti yang saya rasakan."
Namun, lanjut Madonna, melakukan sesuatu karena amarah tidak akan menyelesaikan apa pun.
"Satu-satunya cara untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik adalah melakukannya dengan kasih," tulis salah satu diva pop dunia itu.
"Sebuah kehormatan bagi saya telah menjadi bagian dari kelompok yang menyerukan 'kami memilih kasih'," katanya.
Pernyataannya tentang 'meledakkan Gedung Putih' itulah yang dipertanyakan Gedung Putih dan media-media konservatif.
"Salah satu penyanyi mengatakan ingin meledakkan Gedung Putih. Bisakah Anda membayangkan mengatakan hal itu tentang Presiden (Barack) Obama," kata Kepala Staf Gedung Putih Reince Priebus kepada Fox News, Minggu (22/1/2017).
Penasihat Presiden AS Donald Trump Kellyanne Conway juga mengkritik Madonna.
Katanya, penyanyi itu seharusnya menggunakan sebagian kekayaannya untuk membangun rumah singgah bagi perempuan ketimbang melontarkan hinaan yang kasar dan ancaman.
Conway juga mengisyaratkan bahwa pasukan pengamanan presiden, Secret Service, ucapan Madonna tentang 'meledakkan Gedung Putih".