Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurul Hanna
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyanyi Mike Mohede meninggal dunia pada Minggu, 31 Agustus 2016 lalu. Di balik kepergian Mike menghadap Yang Maha Kuasa, satu karya musiknya yang belum sempat dia rampungkan semasa hidup.
Karya tersebut berupa album kompilas, bertajuk 'The Unforgetable'.
Berisi 10 lagu, album ini mengkompilasi lagu-lagu lagendaris dari musisi tanah air, yang telah di-remake atau dibuat ulang oleh musisi yang berbeda.
Mike pun terlibat dalam remake lagu berjudul 'Kaulah Segalanya', yang lebih dulu dipopulerkan oleh penyanyi Ruth Sahanaya.
Lagu tersebut dibuat ulang oleh arranger Dwiki Dharmawan, serta komposer Tito Soemarsono.
Tiga hari sebelum Mike berpulang, Mike sempat melakukan rekaman di studio milik Dwiki Dharmawan. Namun, Mike tidak mengetahui bahwa suaranya tengah direkam. Ia hanya berniat datang untuk melakukan work shop, dan diminta untuk menyanyikan lagu 'Kaulah Segalanya'.
Akhirnya, rekaman tersebut menghasilkan suara Mike yang spontan, dan terdengar tanpa paksaan.
"Sebenarnya dia (Mike) nggak tahu suaranya diambil, dan dia menyanyi seperti gak ada pressure, dia kayak bersenandung. Dia pure sekali tanpa beban bahwa harus diulang," papar Dwiki Dharmawan dalam jumpa pers perilisan album 'The Unforgettable' di Soehanna Hall, The Energy Building, Sudirman, Pusat, Kamis (11/5/2017).
Lagu tersebut pun menjadi karya terakhir Mike Mohede, dan dikompilasi bersama lagu-lagu remake lainnya.
Di antaranya 'Antara Anyer dan Jakarta', yang dinyanyikan kembali oleh penyanyi Maruli Tampubolon, dan 'Badai Pasti Berlalu' yang dinyanyikan kembali oleh Lea Simandjuntak.
Jajaran nama music director pun ikut berkontribusi dalam album ini, mereka adalah Addie MS, Jevin Julian, Idang Rashidi, Oddie Agam, Yoes JF dan Bemby Noor.
Charlotte, pemilik Its Charlotte Productions yang memayungi album ini memang sengaja menghidupi kembali karya yang pernah berjaya pada masanya.
"Untuk membuat sesuatu yang baru dari lagi yang pernah berjaya pada masanya," katanya.