Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Seorang professor dangdut dari Amerika Serikat bernama Jeremy Wallach Ph.D, mengatakan, musik dangdut pernah menjadi favorit ibu-ibu rumah tangga di Indonesia di rentang 1997-2001.
Menurut etnomusikolog yang aktivitasnya meneliti kaitan antara beragam musik dengan kondisi masyarakat di wilayah tertentu itu, hal itu disebabkan karena lirik-lirik dangdut yang tidak mendiskreditkan perempuan.
“Lirik-lirik dangdut nggak menghina perempuan, sentimental, dan isinya ungkapan patah hati. Nggak kayak musik rap di Amerika,” ujar Jeremy yang kini sibuk mengajar budaya populer wilayah Asia di Bowling Green State University itu.
Jeremy menemukan, pada 1997-2001 ada penurunan angka pada penjualan keping VCD dan CD dangdut, namun hal itu tidak terjadi pada kaset. Itu karena kebanyakan pembelinya adalah ibu-ibu rumah tangga yang biasa membeli kaset di tukang kaset keliling.
“Kalau laki-laki lebih senang nonton konser dangdut, joget, nyawer, mabok, main judi di bawah panggung. Tapi kalau ibu-ibu lebih suka dengar kaset dangdut di rumah,” tambah Jeremy dalam wawancara dengan Tribunnews di Arion Swiss-Belhotel Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (8/7/2017).
Baca: Menurut Profesor Bule Asal AS Ini, Musik Dangdut Sejalan dengan Visi Soekarno
Baca: Profesor Nyentrik dari Amerika Ini Mengaku Punya Penyanyi Dangdut Favorit, Ini Dia Daftarnya
Penggemar Evie Tamala ini juga sempat menyanyikan sepotong salah satu lagu berjudul Aku Rindu Padamu yang pernah dipopulerkan Evie Tamala.
“Di manapun ada bayanganmu… Itu dirilis waktu saya di sini pada tahun 2000an. Dangdut unplugged. Karena suaranya sangat bagus dan melankolis juga.. Sangat apa ya… menghantukan? menghantui ya? Saya juga suka Elvy Sukaesih. Ya Ratu Dangdut,” jawab Jeremy ketika ditanya soal penyanyi favoritnya.