TRIBUNNEWS.COM - Film Conjuring 2 menjadi salah satu film horor sukses setelah tayang di banyak negara di dunia pada tahun 2016 lalu dan memperoleh setidaknya Rp 4,2 triliun, menurut boxofficemojo.com.
Berbagai faktor membuat film ini memikat.
Mulai dari dasar cerita film ini yang diangkat dari kisah nyata, kesuksesan Conjuring pertama, hingga tokoh yang kerap kali disebut-sebut, yakni Valak.
Heboh Harga Makanan di Warung Kuras Kantong, Ini Jawaban Pemilik Rumah Makan Karya Wajo https://t.co/qO000UbnkR via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 26, 2017
Bahkan, saking populernya, lantas muncul pula berbagai meme tentangnya.
Kepopuleran tokoh hantu dengan kostum suster biarawati itu juga coba dibanding-bandingkan dengan satu tokoh horor lain dari film adaptasi novel Stephen King, It.
Tokoh horor berwujud badut, yang dinamai “Pennywise the Dancing Clown”, dalam film itu akan hadir di bioskop pada bulan September.
Dulu Dikucilkan, Pria Ini Sekarang Jadi Miliader Omzet Rp 1,5 Miliar, 17 Rumah dan 700 Karyawan https://t.co/OzLlwTXW1j via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 26, 2017
Film ini remake dari serial televisi populer tahun 1990-an dengan judul yang sama.
Siapa yang paling seram?
Penggarapan film, khususnya yang bergenre horor, melibatkan berbagai aspek di balik tangan-tangan yang juga sudah ahli.
Perpaduan antara sosok hantu dan film scoring berhasil membangun suasana seram, mengagetkan, atau membuat saraf seakan lemas seperti ketika mereka bersiap muncul.
"Tampilan yang kebanyakan sangat gelap, tetapi diimbuhi dengan cahaya-cahaya ke kubangan air di sana-sini menciptakan situasi bahwa sesuatu akan terjadi sebentar lagi, sekalipun tidak ada sosok menyeramkan sama sekali di layar," kata Stephen Nakamura, pemberi warna atau colorist yang turun tangan di film It.
Seorang Pria Ditahan Petugas di Bandara, Ternyata Ada Keanehan Ini di Dalam Celananya https://t.co/uj13ReQbfF via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 26, 2017
Peran orang-orang seperti Stephen Nakamura membuat berbagai hal, khususnya sosok-sosok dalam film, menjadi lebih hidup, sesuai yang ia paparkan dalam "The Color of Fear" di Bydeluxe.com.
Sementara itu, kengerian Valak dalam Conjuring 2 menjadi pekerjaan colorist Greg Curry yang juga menggarap Iron Man dan Star Trek, Jon Rocke (Kong: Skull Island), serta colorist veteran, Mark Griffith, yang menurunkan tangan dinginnya sejak penggarapan film legendaris tahun 1955, Sound of Music.
Warna horor
Jika diperhatikan, Valak tampil dengan dominasi warna hitam dan putih.
Namun, permainan gradasi kontras antara kepucatan warna putih pada tubuh dan kostumnya dengan latar rumah yang hangat membuat kengerian yang disuguhkan menjadi hidup berkat tangan colorist.
Sementara itu, tampilan pewarnaan sosok Si Badut Pennywise belum bisa dilihat secara utuh di bioskop karena film It masih menunggu jadwal penayangan.
Geger Driver Ojek Online Ajak Penumpang Wanita Mampir ke Kontrakan, Ini yang Lalu Terjadi https://t.co/f6E9tiifhj via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 26, 2017
Meski demikian, trailler-nya sudah beredar di internet.
Dari sini bisa terlihat bagaimana pewarnaan yang dihidupkan ketika wajah si badut muncul separuh saja dari saluran air dengan warna matanya yang kontras.
Pewarnaan dasar untuk film horor sendiri, menurut Tobias dalam situs webnya, surfacedstudio.com, adalah "gelap" dan "agak kotor".
Namun, sejatinya, setiap film punya palet warna atau kumpulan warna pilihan, yang umumnya bahkan sudah dibuat sebelum film diproduksi.
"Apakah mereka membuat film realistis, atau komedi yang secara warna berhubungan dengan karakternya? Jadi, warnanya tidak bisa abstrak," kata Mike Sowa, colorist film-film Hollywood, sepertiThe Jungle Book dan film dari Marvel, Doctor Strange.
Sempat Divonis Kanker, Begini Kabar Mantan Artis Cilik Rachel Amanda https://t.co/cRN2wCX0XF via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 26, 2017
Pria yang digaet oleh Panasonic untuk menciptakan sistem pewarnaan TV Hexachrome ini, seperti dikutip Wired.com dalam "How Hollywood is Helping to Design the Perfect TV", lalu mencontohkan bahwa dalam film laga, yang perlu diangkat adalah saturasi dan kekontrasannya.
Pewarnaan pada TV Panasonic garapannya sendiri pada akhirnya diproses melalui sebuah drive yang proses kerjanya mengedit gambar pada ruang-ruang warna lewat look up table 3D.
Hasilnya, warna gambar menjadi lebih hidup dan lebih kaya karena tiap elemen warna dalam gradasinya pun diperkuat setelah adanya tambahan tiga warna lagi di luar tiga warna standar TV merah, hijau, biru atau red, green, dan blue (RGB), yakni cyan, magenta, yellow (CMY).
Teknologi tersebut pada akhirnya membuat semacam revolusi karena teknologi yang bisa dinikmati di layar bioskop lantas juga menular ke TV tipe Hexachrome.
Pada akhirnya, para penonton di rumah dipersilakan untuk melihat Valak dan Pennywise secara langsung dan hidup di ruang tengah untuk memastikan siapa di antara mereka yang paling menyeramkan.