TRIBUNNEWS.COM - Pada tanggal 20 Juli 2017 silam, vokalis sekaligus frontman Linkin Park, Chester Bennington, mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara gantung diri di rumah pribadinya.
Sampai saat ini, masih banyak rumor yang mengambang di masyarakat, mengapa Chester mengakhiri hidupnya sendiri?
Banyak yang mengatakan, Chester depresi, ada juga yang mengatakan, ia menjadi korban bully semasa kecil, bahkan pelecehan seksual.
Akibat dari hal-hal itu, Chester merasa seperti "tersiksa" di dalam dirinya, sehingga ia nggak kuat lagi menahan rasa sakit batin dan memutuskan untuk bunuh diri.
Seorang psikolog bernama Dr. Suniya Luthar, orang yang telah 20 tahun mempelajari kehidupan kelas atas dan orang-orang terkenal, memiliki opininya sendiri.
"Dari luar, terlihat bahwa dunia memiliki segalanya, ada uang, ada popularitas dan lain-lain," ujar Luthar, dikutip Fox.
"Dari luar, terlihat bahwa Chester memiliki segalanya. Seorang ikon musik rock untuk jutaan penggemar, namun ia membunuh dirinya. Kita telah melihat kasus seperti ini dengan rocksatar lainnya beberapa kali. Bagaimana dan mengapa?" tegasnya.
Menurut Luthar, Chester tidak merasakan empati, atau kurang merasa empati.
"Orang kaya lebih cenderung merasa tidak memiliki teman," tambahnya.
Apalagi, terdapat rumor bahwa Chester memiliki masa lalu buruk.
"Uang, popularitas, penghargaan, kekaguman, nggak ada satu hal pun yang bisa 'memperbaiki' jiwa yang rusak akibat kekerasan yang mereka rasakan bertahun-tahun," paparnya.
Luthar mengatakan hanya ada satu hal yang bisa membantu orang-orang yang merasakan hal seperti itu; cinta.
"Orang yang sangat terkenal bisa merasakan kesepian. Kamu nggak tau siapa temanmu atau apakah kamu memiliki teman sejati," pungkasnya.