News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Begini Kronologi Hilangnya Kamera Seharga Ratusan Juta Milik Dhea Imut

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Artis peran Dhea Annisa atau yang akrab disapa Dhea Imut saat diabadikan di kawasab Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (9/8/2016).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Artis peran Dhea Imut kehilangan kamera Canon C500 seharga Rp 229 juta setelah menggunakan jasa pengiriman DHL.

Awalnya, Dhea ingin menjual kameranya kepada seorang teman di Malang.

Perempuan bernama Dhea Annisa itu meminta bantuan pamannya, Diad Ote, untuk mengirimkan kamera tersebut.

"Dhea punya kamera untuk shooting film yang harganya kurang lebih 229 juta, tadinya mau dijual barang ini kepada seorang teman di Malang, mau dikirim ke sana," kata kuasa hukum Dhea, Henry Indraguna dalam jumpa pers di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan, Kamis (28/9/2017).

Kemudian Diad mengirim kamera tersebut melalui jasa pengiriman DHL pada Rabu (6/9/2017), ke alamat tujuan calon pembeli kamera Dhea atas nama Toto atau Suhadi.

"Dipilihlah jasa pengiriman DHL, karena punya nama besar, soalnya kan berisiko barangnya," ucap Henry.

"Janjinya saya antar hari Rabu, saya maunya cepat akhirnya pake kilat. Hari Jumat sampe katanya (pihak DHL). Saya monitor perjalanannya," ungkap Diad.

"Saat dikirimkan, sudah dibuka lalu di-repacking lagi. DHL udah tau bahwa itu kamera. Setelah itu dikirimkan ke tujuan atas nama Toto atau Suhadi di Malang," timpal Henry.

Namun, hingga waktu yang dijanjikan kamera tak kunjung datang. Setelah dikonfirmasi, pihak DHL telah menyerahkan kamera tersebut kepada seorang pria bernama Totok Suhadi pada Selasa (13/9/2017).

"Sampe Jumat belom sampe, hilangnya hari Selasa," kata Diad.

"Beberapa hari kemudian barang ini entah ke mana, tidak sampai ke tempat yang dituju. Saat dikontak barang itu raib. Saat ditelusuri, katanya barang tersebut ada yang ambil, yang ambil itu namanya Totok Suhadi. Padahal kami tujukan barang itu ke Toto atau Suhadi (dua orang)," lanjut Henry.

Henry mengatakan, pihaknya menduga ada modus penggelapan barang dengan memalsukan identitas.

"Yang anehnya pengakuan DHL, kamera itu diambil atas nama itu. Siapa? Kami enggak kenal. Dugaan kami ada modus. KTP ini kami yakin itu palsu," kata Henry.

"Jadi diduga ada permainan sampe ada waktu untuk buat KTP. Saya pikir aman-aman aja, karena di DHL. Saya ekspedisi barang berkali-kali, bukan sekali. Peluang hilang enggak ada klo pihak ekspedisinya profesional," sambung Diad.

"Ini ada suatu modus, bisa dibuat KTP-nya dulu. Kami minta dikirim ke alamat rumah, kok itu malah diambil di DHL? Dan kok bisa tahu kalau kami mengirim kamera, lalu diambil atas nama Totok Suhadi di sana?" tambah Henry.

Setelah itu, ibunda Dhea, Masayu Chairani meminta solusi dari pihak DHL, tetapi DHL menganggap masalah tersebut telah selesai.

Dhea lantas mengambil jalur hukum untuk menyelesaikan masalah itu.

"Dari situ ibu Dhea minta pertanggungjawaban ke call center (DHL), tapi dapet perlakuan yang sangat tidak menyenangkan," kata Henry.

"(Pihak DHL) Dibilangnya case closed, gimana bisa digituin? Kami korban dan barang hilang 200 juta lebih, Dhea dan keluarga enggak terima dan minta untuk dilakukan upaya hukum," imbuhnya.

Ira Gita Natalia Sembiring/Kompas.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini