TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 7 tahun sebelum meninggal atau sekitar 2010, mendiang Bondan Haryo Winarno pernah ditanya soal agamanya.
Pertanyaan tersebut terlontar dari kicauan seorang warganet pengguna akun jejaring sosial Twitter, @nina_azkanich
Pemilik akun @nina_azkanich menulis kicauan, "@PakBondan muslim atau non muslim?"
Kemudian Bondan Winarno melalui akunnya @PakBondan membalas, "Saya bukan non-Muslim. Saya Kristen."
Kini, akun @nina_azkanich telah menghilang dari jagat Twitter.
Kicauan sekaligus jawaban Bondan Winarno tersebut tampaknya menarik perhatian seniman dan budayawan, Sujiwo Tejo.
Melalui akun Twitter miliknya, @sudjiwotedjo, dalang nyentrik tersebut berkicau jawaban Bondan tersebut menjadi utang rasanya pada almarhum.
"(Twip bertanya: Bpk Muslim/non Muslim? || @pakbondan : Saya Kristen, bukan non Muslim ) Twit 2011 inilah salah satu #utangRasa ku pd almarhum. Sejak itu sy berusaha menyebut agama kalau didaulat memimpin doa. Bukan, "yg non Muslim silakan berdoa menurut caranya sendiri."," kicau akun @sudjiwotedjo.
Lalu, Sujiwo Tejo mengutip perkataan kiai dan gurunya yang menyebut bahwa kitab sucimu adalah hati nuranimu.
"Ya, ok, maaf kalau sy salah. Tp kyai2/guru2ku kerap bilang Kitab Sucimu adalah "Hati Nuranimu". Kalau terjadi silang pendapat tafsir dll, tanyalah hati nuranimu. Hati nuraniku ingin mendoakan semuanya termasuk penemu Mur dan Baut, penemu roda dll yg mungkin tak "seagama"," kicau akun @sudjiwotedjo.
Kemudian, Sujiwo Tejo melanjutkan kicauannya:
"Aku sujud misal di atas kain.. Kain itu pabriknya pakai Mur dan Baut.. Dan kain itu Diangkutnya jg pakai truk dll yg penuh Mur dan Baut.. "Hati Nuraniku" bilang kok kebangeten kalau doaku tidak mencakup pula kebahagiaan di alam sana buat penemu Mur dan Baut. Maaf kalau salah."
"Itu baru penemu Mur dan Baut.. Belum ibu2 yg mungkin tidak "seagama" yg jualan nasi dan nasinya dimakan sopir truk yg ngangkut kain sujudku (walau sopir truk bayar warung tp itu cm bayar tenaga/waktu bukan bayar "rasa") .. Masa aku gak mendoakan ibu itu jg secara imajiner."
Menanggapi cuitan Sujiwo Tejo, salah seorang warganet bertanya.
"Trus berdoanya gimana mbah? Sebut satu-satu? Atau cukup diimajinasikan aja?" kicau akun @ninamaghfira.
Sujiwo Tejo pun menjawab:
"Silakan kalau bisa sebut satu persatu org dlm doamu. Itu jutaan mungkin milyaran orang. Termasuk ibu2 di dapur umum waktu mantenan ortumu.. Pengangkut kayu bakarnya .. Semua berjasa dlm kelahiranmu.. Yg mungkin "seagama" atau tidak," cuit akun @sudjiwotedjo.
'Rahasia besar' Bondan
Siapa sangka, sebelum meninggal, pria yang karib dengan jargon 'Pokoke Maknyus' tersebut sempat menuliskan pesan kepada komunitasnya.
Pesan tersebut diunggah oleh pemilik akun jejaring sosial @arieparikesit.
"Beberapa saat lalu di milis @jalansutra Pak Bondan sempat buka rahasia sbb. Keluarga JSku memang menjadi sapaan kesayangan beliau di milis," kicau akun @arieparikesit.
Berikut pesan Bondan Winarno di milis tersebut:
Keluarga JS-ku,
Mohon maaf bila selama beberapa hari ini saya menyembunyikan sebuah rahasia besar dari Anda semua.
Saya ceritakan sejak latar belakangnya.
1. Th 2005, dlm penerbangan SIN-JKT, saya merasakan ujung2 jari tangan kanan saya ba'al alias kesemutan. Begitu mendarat di CGK, saya telepon minta advis Dr. Sindhiarta Mulya. Saya disarankan segera menuju RS yg dkt dgn rumah saya untuk menjalani pemeriksaan MRI. Krn waktu itu saya masih tinggal di Bintaro, saya lgsg ke RS Premier Bintaro. Eh, ternyata Dr. Sindhi sudah menunggu saya di sana. Setelah MRI, saya disarankan observasi di RSP Bintaro selama 3 hari. Kesimpulan: cardiologist strongly suspected penyumbatan arteri jantung dan saya harus menjalani kateterisasi sesegera mungkin. In contrary, neurologist di RS yg sama mengatakan bahwa yg saya alami sama sekali bukanlah penyakit jantung.
2. Saya mencari second opinion di RSPI. Kesimpulan sama: cardiologist bilang harus kateterisasi segera. Neurologist RSPI juga bilang: bukan masalah jantung.
3. Dalam kebimbangan, saya tidak menjalani kateterisasi. Saya hanya minum Plavix ( pil pengencer darah) untuk menghindari penyumbatan arteri.
4. Setahun setelah minum Plavix terus-menerus, saya nyaris pingsan di rumah Yohan Handoyo setelah minum wines dan makan steaks masakan Adi Taroe. Untung rumah Yohan di Bogor itu dekat dgn RS Azra. Dokter jaga yg berpengalaman menemukan diagnosa: tekanan darah terlalu rendah krn darah terlalu encer.
5. Sejak saat itu saya ke HSC di KL utk annual check up. Di sana dikonfirmasi dgn MSCT bahwa saya memang tidak mengidap penyakit jantung.
6. April 2015, sewaktu Annual Medex di HSC KL, ditemukan dilatasi (penggembungan) pada aorta saya pada tahap awal. Dlm bhs medis, penyakit ini disebut: aorta aneurysm. Menurut Dr. Soo, tiap tahun perlu diawasi apakah membesar dan perlu tindakan operasi. Katanya: saya spt membawa bom waktu yang setiap saat bisa pecah dan mematikan saya. Dr. Soo juga mengaku bahwa dia bukan ahlinya di bidang aneurysm. Bila perlu pembedahan, dia harus mengundang dokter bedah dari Jepang. Biaya diperkirakan Rp 600-700juta.
7. April 2016, saya sudah appointment dgn Dr. Soo di HSC KL. Tapi pas hari itu justru dia dilarikan ke RS utk operasi. Team dokter yang menangani saya tidak memuaskan saya dlm memberi info ttg aneurysm saya.
8. April 2017, saya appointment lagi utk konsultasi dgn Dr. Soo. Eh, ternyata dia mendadak sakit. Saya lgsg jalan2 ke tempat adik saya di Penang. Di sana saya mengalami semacam pencerahan. "Kenapa saya pasrahkan masalah kesehatan saya kpd orang yg bukan ahlinya?" Dr. Soo adalah salah satu ahli kateter di Asia, tapi bukan ahli aneurysm. Saya segera berkomunikasi dgn Dr. Sindhi yg lgsg saja membanjiri saya dgn berbagai info bagus dan penting. Saya putuskan untuk mengikuti saran Dr. Sindhi.
9. Bulan Juli 2017, saya jalan2 seharian dgn Dr. Sindhi di sktr Tangerang, diakhiri dgn maksi kuliner Betawi di Mpok Kuni. Eh, ternyata Dr. Sindhi mengantar saya ke RS Siloam Karawaci dan sdh membuat appointment utk ketemu Dr. Iwan Dakota, ahli vaskuler, adik Kapolri Tito Karnavian. Saya bahkan disambut oleh Dirut RS Siloam Karawaci, sahabat Dr. Sindhi.
10. Dlm pemeriksaan oleh Dr. Iwan, setelah memeriksa hasil medical record terakhir di HSC KL, HANYA dgn stetoskop, Dr. Iwan menemukan masalah lain: katup aorta saya bocor. Saya diminta utk segera ke PJN Harapan Kita keesokan harinya utk pemeriksaan echo. Dlm pemeriksaan echo di Harkit, 65% confirmed bahwa katup aorta saya bocor. Saya kemudian menjalani TEE (endoscopy) utk mendapatkan 90% konfirmasi. Demikianlah, dlm waktu singkat tim dokter Harkit menemukan kelainan lain yg perlu segera ditangani.
11. Dr. Iwan me-refer saya kpd tim bedahnya, Dr. Dicky Alighiery Hartono, ahli bedah vaskular lulusan Korsel. Ini adalah pembedahan paling berat, rumit, dan sulit, berlangsung 5-6 jam. "Mumpung Pak Bondan sdg fit, kita lakukan segera, ya?"
12. 27 Sept 2017 pagi saya menjalani 2 operasi sekaligus: penggantian katup aorta dan penggantian aorta yang nengalami dilatasi. Operasi berlangsung selama 5 jam dan dinyatakan berhasil. Saya siuman di ICU sore hari dan dirawat selama 24 jam di ICU. Dari ICU saya dipindah ke Intermediary Ward.
13. Normalnya, bila operasi berhasil, 24 jam sesudah di Intermediary Ward, maka akan dipindahkan ke kamar perawatan biasa. Dalam operasi besat spt yg saya alami, ada 2 hantu komplikasi: 1. perdarahan, 2. aritmia (denyut jantung tidak beraturan). Saya terbebas dari perdarahan. Tapi, Sabtu dini hari saya kejang2 dlm tidur saya. Ternyata saya mengalami komplikasi aritmia. Saya dipasangi TPM (Temporary PaceMaker) sambil dimonitor penyebabnya (biasanya krn peradangan).
14. Utk aritmia ini, saya ditangani Dr. Dicky Hanafy, lulusan Jerman. Krn setelah 72 jam tidak tampak progress dari TPM, Selasa siang Dr. Dicky memutuskan utk memasang TPM lain di pangkal paha. Terus terang, saya ketakutan
15. Miracle happens. Selasa malam, ketika perawat sdg mempersiapkan saya utk didorong ke kamar operasi, tiba2 denyut nadi saya berirama kembali. Operasi dibatalkan. Saya lega setengah mati.
16. Demikianlah, kejadian demi kejadian telah saya alami. Untuk sementara saya belum dapat dijenguk di Intermediary Ward. Tapi, bila keadaan membaik, Jumat ini saya akan dipindah ke kamar perawatan. Tempatnya terlalu kecil utk Anda menjenguk.
Karena itu, sambil GR akan banyak yg menjenguk saya, saya sudah mengatur tempat di lobby Wisma Fits, di dalam kompleks RSIB dan PJN Harapan Kita untuk 1 sesi bezoeksutra Minggu, 8 Oktober pk 13-15 untuk 10 orang.
Mohon mendaftar ke Lidia Tanod dan Harry Nazarudin utk mengatur kunjungan. Di luar waktu tsb, mohon maaf, tidak dapat saya terima.
Mohon doa Anda semua agar pemulihan saya tuntas dan lancar.
Salam,
Bondan Winarno