News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Inspirasional Ryan Coogler, Dari Tidur di Dalam Mobil Hingga Film-nya Raup Ratusan Juta Dollar

Penulis: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM - Kesuksesan luar biasa berhasil diraih film superhero buatan Marvel,Black Panther.

Bagaimana tidak? Film superhero yang dibintangi Chadwick Boseman ini menghasilkan sekitar $201,8 juta selama debut tiga hari di Amerika Utara akhir pekan lalu.

Dengan begitu, film pertama Marvel yang disutradarai Ryan Coogler ini mencatat pendapatan terbesar kelima sepanjang masa saat pembukaan.

Mereka berhasil masuk dalam klub peraih $200 juta dalam opening weekend yang dihuni Star Wars: The Force Awakens, Star Wars: The Last Jedi, Jurassic World, dan Marvel's The Avengers

Klub Film $200 juta (Wikipedia)

Dibintangi Chadwick Boseman dan Michael B. Jordan, Black Panther tidak hanya menembus ekspektasi, namun juga memecahkan banyak catatan box office.

Film ini juga diprediksi kembali menorehkan prestasi di minggu kedua penayangannya.

Black Panther diprediksi akan meraup angka 100 juta dollar dalam minggu kedua penayangannya di Amerika.

Hal ini sekaligus menjadikannya sebagai film ke-empat sepanjang sejarah yang mampu melakukan capaian tersebut.

Walt Disney mengestimasikan Marvel Studios akan mendapatkan 108 juta dollar di akhir pekan ke-2 .

Hal ini juga menjadikannya film ke-2 terlaris di minggu ke-2 penayangannya sepanjang sejarah.

Black Panther berada di belakang Star Wars: The Force Awakens yang menghasilkan 149.2 juta dollar dalam minggu ke-2 penayangannya.

Kesuksesan yang diraih film Black Panther  ini pun membuat beberapa pihak yang terlibat di dalamnya merasa begitu bersyukur.

Sang sutradara, Ryan Coogler misalnya.

Melalui akun Instagram Marvel Studios, @marvelstudios, Coogler pun menulis surat terbuka untuk mengucapkan terima kasih.

 "Bagi para pemilik bioskop, orang-orang yang bercerita di media sosial tentang betapa kerennya film ini, bicara tentang para pemeran kami yang hebat, memilih pakaian yang tepat dan yang mengantre di bioskop di seluruh dunia- bahkan sebelum menonton film ini...," tulis Coogler.

"Kepada pers yang menulis tentang film ini untuk orang-orang yang belum melihatnya, dan mendorong mereka untuk menonton. Dan kepada anak-anak muda, yang menonton bersama orangtua, mentor, dan teman mereka...," lanjutnya.

"Terima kasih telah memberi tim pembuat film kami sebuah hadiah terbesar: Kesempatan untuk berbagi film ini, bahwa kami menuangkan hati dan jiwa kami, bersamamu," tulis Coogler lagi.

Sebelum menutup surat terima kasihnya, Coogler mengaku terharu akan apresiasi berbagai pihak pada karyanya dan tim.

"Produksi film seperti kerja tim. Dan tim kami terdiri dari orang-orang luar biasa dari seluruh dunia yang percaya pada cerita ini. Jauh di lubuk hati kami semua berharap bahwa orang-orang akan datang untuk menonton sebuah film tentang sebuah negara fiksi di Afrika, yang diperankan warga keturunan Afrika," tulisnya.

"Kami tidak pernah membayangkan bahwa Anda memberi respons sebagus ini. Saya tersanjung orang-orang mau mengeluarkan uang untuk menonton film kami," kata Coogler.

Sutradara berusia 31 tahun itu mengatakan ia dan istrinya sangat terharu melihat penonton dari berbagai latar belakang dan mengenakan busana tradisional masing-masing berdiri di samping poster Black Panther atau bahkan berjoget di lobi bioskop.

Ryan Coogler, yang pada awal surat mengaku sulit menyusun rangkaian kata untuk suratnya itu, menutup surat terbuka itu dengan tulisan "Wakanda Forever".

Di balik ungkapan rasa syukurnya ini, Ryan Coogler ternyata juga menyimpan sebuah kisah nan inspirasional.

Bagaimana tidak? Siapa sangka sutradara yang mampu menghasilkan film Black Panther ini ternyata pernah jatuh begitu miskin hingga hanya bisa tinggal di dalam mobilnya sendiri.

Hal ini ia ungkapkan saat dirinya menjelaskan soal hubungannya antara alur cerita film ini dengan kehidupan masa kecilnya di Oakland, California. 

Dalam wawancaranya bersama NPR, Coogler menyampaikan bahwa  sewaktu kecil ia sering nongkrong di sebuah toko buku komik di dekat sekolahnya, tempat ia mendapatkan salinan pertama dari komik "Black Panther".

Buku komik itu ia dapatkan setelah ia menanyakan kepada penjaga toko tentang buku komik dengan orang kulit hitam.

Pada saat itu, Coogler tidak tahu bahwa pembuatan film dari buku komik yang dipegangnya suatu hari nanti akan menjadi panggilannya. 

Dia menjelaskan bahwa sebenarnya sampai perguruan tinggi ia memiliki aspirasi untuk bermain football dan menjadi seorang dokter.

Sebagai atlet pelajar yang mendapat beasiswa olahraga di Saint Mary's College, Coogler mengambil kelas menulis kreatif di mana dia menulis tentang saat ayahnya hampir mati terbunuh dalam pelukannya. 

Setelah itu, profesornya memanggilnya ke kantornya dan bertanya apa yang ingin dia lakukan dengan hidupnya. 

Dia menjelaskan bahwa dia ingin menjadi seorang dokter, namun profesornya meyakinkannya untuk mempertimbangkan penulisan skenario.
 
Ketika pihak Saint Mary membatalkan beasiswa football-nya karena performa Coogler yang tak cemerlang-cemerlang, ia memutuskan pindah ke Sacramento untuk berkuliah di University of Southern California (USC). 

Di sanalah sosok Coogler mulai menemukan passion-nya dalam bidang film.

Sayangnya, masa-masa awal hidup baru Coogler ini sempat dipenuhi cobaan.

Selama semester pertama di USC dia tinggal di luar mobilnya sendiri.

Hal ini terjadi karena ia kini memiliki biaya pas-pasan untuk berkuliah, tak seperti waktunya di Saint Mary yang disokong beasiswa.

Tinggal 'menggelandang' dan menafkahi hidup melalui berbagai profesi untuk mencukupi biaya perkuliahan ternyata tak memadamkan semangat Coogler untuk berkreasi di bidang film.

Kisah pahit pengalaman kehidupannya ini justru digunakannya sebagai inspirasi untuk serangkaian film pendek yang dibuatnya termasuk film "Fig".

Film pendek tersebut menceritakan kisah seorang pelacur yang secara positif mengubah hidupnya saat membesarkan seorang anak perempuan.

"Film itu berasal dari penelitian mendalam," katanya kepada NPR. 

"Saya menghabiskan liburan Natal di jalanan dan mendapat banyak cerita, saya tidak pernah ingin menghindar dari kebenaran."

Setelah semester pertama, seorang pria Afrika-Amerika yang tidak bersenjata bernama Oscar Grant ditembak mati oleh seorang petugas polisi di kampung halaman Coogler di Oakland. 

Insiden tersebut, yang memicu kerusuhan di seluruh Bay Area, memberi inspirasi kepada Coogler untuk membawa kisah Grant ke dalam film pertamanya, " Fruitvale Station ."

Dengan anggaran rendah sebesar $ 900 ribu, Coogler merekrut beberapa temannya untuk menjadi produser untuk proyek ini. 

Ketika "Fruitvale Station" dirilis pada tahun 2013, sutradara kemudian 27 tahun mendapat pengakuan instan dari beberapa festival film termasuk Sundance, New York Film Critics Circle Awards dan Las Vegas Film Critics Society Awards.

Lewat kedua film tersebut itulah, sosok Coogler kemudian dipertimbangkan namanya di Hollywood.

Karena 2 film yang erat kaitannya dengan kisah hidupnya itu, Coogler pun ditunjuk perusaahn film besar untuk menyutradarai film kaliber seperti Creed hingga Black Panther.

Siapa sangka ya ternyata film Black Panther yang bombastis berasal dari sebuah cerita kehidupan sosok Coogler yang penuh perjuangan.

(Tribunnews.com/ Bobby Wiratama)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini