TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Bukan sekadar mengantarkan Putri Mataram merengkuh gelar dan berhak atas tropi , bergilir dan tetap, edisi perdana Kartini Cup 2018, Jogja bersiap jadi langkah awal untuk mimpi besar sepak bola wanita di Indonesia.
Dibalik partisipasi tiga klub dalam ajang yang berlangsung di Stadion Dwi Windu, Bantul, Minggu (22/4), ada beberapa cerita cerita menarik. Selain potensi sepak bola putri, bidang pariwisata juga berpeluang jadi magnet.
“Sebenarnya, sebelum ada beberapa klub berminat ikut. Termasuk juga tim dari Filipina yang langsung menghubungi saya. Selain waktu sudah mepet, kami mencoba memulai dari yang kecil dulu,” terang Bambang Kuncoro, Ketua Asprov PSSI DIY Yogyakarta.
Minat tinggi yang diperlihatkan komunitas sepak bola putri dari Filipina tersebut, seperti disampaikan Bambang sangat terasa. Bahkan mereka siap menanggung penerbangan dan segala kebutuhan mereka sendiri selama di Yogyakarta.
“Selaiin itu, mereka hanya minta tolong diantar ke tempat-tempat pariwisata di Yogyakarta setelah event. Ini awal, kedepan kami tentu akan melibatkan lebih banyak klub, termasuk kemungkinan tim dari luar,” terang sosok yang akrab di sapa Bakun ini.
Tetap jalan dengan tiga tim, Putri Mataram Sleman, Candra Kirana Kediri, serta tuan rumah Protaba Bantul, setelah saling bertemu, akhir putri Mataram tampil sebagai juara di tahun pertama Kartini Cup 2018 Jogja.
Tim yang juga memborong secara beruntun tropi juara Bengawan Cup di tiga musim terakhi, memastikan gelar setelah menundukan 2-0 Protaba, serta membekuk Candra Kirana lewat babak adu penalti.
“Puas dengan hasil dan permainan anak2 yang penuh semangat dan disiplin posisi , sehingga tidak memberikan peluang pada lawan untuk melakukan tembakan ke arah gawang,” ujar Sri Hastuti, pelatih Putri Mataram usai laga.
Sementara tuan rumah Protaba, yang hadir dengan pemain hasil seleksi dari event antar SMP dan SMU, plus beberapa pemain senior, lewat pelatih Jacky Samuel Kunarto, melihat secara permainan pasukannya cukup menjanjikan.
"Kekalahan kami dari Mataram, kami akui karena lawan sudah banyak jam terbang.di luar hasil, kami berharap untuk sepakbola putri bisa disetarakan dengan tim putra. Sehingga akan lebih maju,” lanjut Jacky.
Harapan besar juga disampaikan perwakilan permintah pusat lewat Raden Isnanta, Deputi III bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora, setelah sempat berdiskusi dengan Bakun, bukan hanya menjaga kualitas tapi juga meningkatkan kuantitas peserta.
“Ada kecerahan baru, bahwa animio dan peminat sangat tinggi. Kartini milik Indonesia, bisa jadi inspirasi untuk adik-adik terus berjuang memberi kontribuksi untuk negara, lewat sepak bola teruslah bermain.