Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fx Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ajari kami yang disebut generasi milenial ini untuk mencintai bangsa dan tanah air Indonesia melalui tauladan dan perbuatan nyata. Karena hanya dengan cara inilah, kami bisa berbuat sesuatu untuk bangsa dan negara dan mencintai dengan ketulusan. Kami menginginkan, Indonesia yang memberikan masa depan bagi geneasi milenial sebagaimana yang terus menerus diceritakan kepada kami.
Demikian ungkapan Alicia Maia Solangia Djilin, mahasiswi Univesitas Mercu Buana yang merupakan finalis Miss Indonesia tahun 2018 dari Sulawesi Barat. Pernyataan tersebut diungkapkan Alicia untuk menjawab pertanyaan wartawan di tengah waktu istirahat sebagai MC dalam acara seminar nasional “Membangun Harmoni, Merawat NKRI Melalui Seni Budaya - Dari Jakarta Menuju Ambon” yang diselenggarakan Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN), di Gedung Stovia, Jakarta, Rabu (8/8/2018).
Menjadi MC di acara seminar nasional merupakan debutan pertamanya apalagi di hadapan para nara sumber yang namanya sudah tidak asing lagi bagi Indonesia. Narasumber yang dimaksud adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala BNN RI Komjen Pol. Heru Winarko, Theofransus Litaay yang mewakili Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal TNI (Pur) Moeldoko, penyanyi Lisa A Riyanto, Brian “Jikustik” Prasetyoadi, Budayawan Rm Aloysius Budi Purnomo serta serta moderator senior Prita Laura.
“Saya besyukur sebagai generasi yang amat belia, diminta untuk menjadi MC di acara yang sangat besar ini. Saya agak kaget ditawari Ketua Panitia seminar nasional, Pak Putut Prabantoro yang mendorong saya untuk berani tampil di hadapan para tokoh nasional itu. Saya baru paham alasan penunjukan sebagai MC, ketika Pak Putut di hadapan publik dan para nara sumber mengatakan bahwa, harus ada kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepada generasi muda untuk tampil dalam acara-acara seperti ini. Bukan soal ahli atau piawai dalam bidangnya tetapi soal generasi muda diberi kepercayaan,” ujarnya.
Mahasiswi yang masuk Universitas Mercu Buana melalui Online Scholarship Competition oleh Metro TV pada tahun 2017 itu, mengurai lebih lanjut, dalam konteks seperti itulah yang sebenarnya diharapkan oleh generasi milenial dalam mencintai bangsa dan negara Indonesia yang salah satunya mendapat kepercayaan.
“Kami membutuhkan contoh perbuatan nyata dan suri ketauladanan dari para pemimpin bangsa ketika diminta untuk mencintai bangsa dan negara. Contoh dan perbuatan nyata itulah yang sebenarnya kami butuhkan. Kami tidak bisa mendapat gambaran jelas tentang bagaimana harus mencintai negara dan bangsa, jika para pemimpin bangsa sendiri tidak menunjukan hal tersebut,” ujar Alicia yang pada semester pertama tahun 2018 berIPK 4,0.
Sebagai generasi milenial yang hidupnya tidak bisa lepas dari HP, masih menurut Alicia, ketidaksesuaian antara ucapan dan tindakan para pemimpin bangsa dalam mencintai bangsa dan negara dapat dengan mudah diikuti melalui medsos. Ketidaksesuaian antara ucapan dan tindakan para pemimpin bangsa inilah yang sering mendorong generasinya seakan tidak peduli tehadap bangsa dan negara.
“Saya memang melihat bahwa masih banyak generasi seangkatannya yang kurang bijak dalam penggunaan gadget maupun media sosial, masih ada bullying, hoax, viralnya tantangan-tantangan berbahaya yang berdampak buruk bagi anak-anak. Namun kebiasaan itu bisa diminimalisir jika ada contoh yang baik. Kami tahu korupsi itu buruk, tetapi mengapa banyak pejabat negara yang terus tertangkap tangan dan seakan penjara tidak membuat jera ?” ujar Alicia yang sejak kelas 1 sampai dengan kelas 3 SMA menduduki ranking pertama di sekolahnya, SMA Bellarminus, Bekasi.
Anak pertama dari Rommy R Djilin (ayah) dan Venita Maria Wowor (ibu) ini menegaskan bahwa generasinya memang berbeda dengan generasi-generasi lainnya. Karena kecanggihan dan perkembangan teknologi informasi, generasinya banyak yang memanfaatkan peluang dan memiliki penghasilan tanpa harus lulus dulu atau bekerja seperti orang kantoran. Dalam konteks ini, menurut Alicia yang merupakan juara umum nilai ujian nasional (UN) tertinggi di SMAnya, para orang tua atau pemimpin bangsa harus mengubah cara pandangnya dalam menghadapi generasinya. Dan itu tidak bisa lepas dari suri tauladan dari para orang tua dan pemimpin bangsa.