Laporan Wartawan Tribunnews.com. Fx Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah di Bangkok, film karya Lola Amaria Production berjudul “Lima” kembali diputar di Kota Taipei, Taiwan, pada Minggu (9/9) siang. Pemutaran film yang menceritakan keberagaman dan kebhinekaan yang ada di dalam tubuh Pancasila sebagai dasar Negara Rerpublik Indonesia itu, dilakukan di Auditorium Radio Taiwan International, yang berada di Bei An Roadc Taipei Vity.
Kehadiran film “Lima” yang disutradarai oleh Lola Amaria dan empat suratadara lainnya, Shalahuddin Siregar, Tika Pramesti, Adriyanto Dewo dan Harvan Agustriansyah ini disaksikan langsung oleh Warga Negara Indonesia (WNI) yang umumnya bekerja di negara tersebut sebagai TKI.
Tidak hanya TKI saja, pengurus cabang NU di Taipei, Banteng Muda Indonesia dan juga Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) serta jajaran atau staff di Radio International Taiwan juga ikut menyaksikan film tersebut.
“Kita hanya putar di satu kota saja, di Taipei. Penonton yang umumnya pekerja Indonesia dari berbagai kota di Taiwan, datang langsung ke lokasi pemutaran film. Antusias mereka begitu besar untuk menyaksikan film “Lima”, yang memang sebelumnya sudah diumumkan langsung oleh Radio Taiwan International, terkait cerita dan pemutaran film kita,” kata Lola Amaria, lewat rilis tertulisnya yang diterima Tribunnews.com, Senin (10/9/2018) siang.
Tidak sendiri, Lola Amaria datang bersama dua sutradara lainnya Shalahuddin Siregar, Tika Pramesti dan juga Ibu Lily Assana. Menurut Lola Amaria, selama pemutaran film penonton sangat serius menyaksikan pemutaran film. Mulai dari opening di sila pertama dalam Pancasila hingga sila selanjutnya. Yang membuat Lola Amaria dan teman-teman terkejut, di sila ke-4 dan ke-5, saat adegan Bi Ijah yang diperankan Dewi Pakis, pamit dari keluarga yang diurusnya untuk pulang kampung dan mengurus anak-anaknya, disitulah penonton terbawa emosi.
“Penonton rata-rata memang TKI. Mereka bekerja dari berbagai profesi, walaupun umumnya bekerja pada majikannya di Taiwan. Mereka terharu dan meneteskan air mata, saat adegan Bi Ijah pamit untuk pulang kampung dan mengurus anaknya-anaknya yang kurang mendapat perhatian darinya selama bekerja. Sampai adegan terakhir sila ke-5 saat Bi Ijah mengurus kasus hukum anak-anaknya, disitulah penonton terbawa suasana,” cerita Lola Amaria.
Setelah selesai menonton penayangan film “Lima” penyelenggara acara dari Lola Amaria Production dan Raio Taiwan bersama KDEI mengadakan diskusi bersama penonton. Dalam diskusi tersebut, penonton banyak mengapresiasi film “Lima” yang bisa membangkitkan rasa nasionalisme, cinta Tanah Air, keberagaman, kebhinekaan dan juga kasih sayang antar sesama dan perhatian kepada keluarga.
“Kita terus road show memutar film “Lima” dibeberaa negara. Kita ingin sebarkan virus kebaikan, keberagaman, toleransi dan juga rasa persaudaraan yang kuat dari berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia. WNI yang bekerja di luar negeri, rindu, kangen dan perlu untuk menyaksikan film-film seperti ini (Lima) yang mampu membangkitkan nasionalis mereka dan juga rasa serta peduli sesama,” tegas Lola Amaria.
“Ideoligi Indonesia yakni Pancasila sudah sangat bagus dan sangat kuat untuk ditanamkan nilai-nilainya kepada masyarakat, Jangan sampai ada yang ingin menggantinya. Ini yang ingin saya share kepada para pekerja atau WNI yang memang menetap di negeri orang. Kita ingin tumbuhkan semangat nasionalis mereka lewat Pancasila yang terwakilkan di film “Lima”,” papar Lola.
Lola Amaria dan timnya juga berharap, Pemerintah dan lembaga resmi Pemerintah yang ada di luar negeri tetap terus mendukung dan memberikan film-film berkualitas yang bisa ditonton WNI yang bekerja di negeri orang.
“Saya yakin dan optimis, dengan seringnya pemutaran film sejenis film ‘Lima’ akan menumbuhkan kembali spirit nasionalisme masyarakat Indonesia yang ada didalam dan diluar negeri,” tutur Lola.
Setelah Taiwan, Lola Amaria akan memutar kembali film “Lima” di Melbourne Australia, Ne Zeland di tiga kota dan juga Jerman di empat kota. (*)