Laporan wartawan tribunnews.com, Wahyu Firmansyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bencana tsunami yang menerjang Banten dan Lampung menyisakan luka mendalam untuk Ade Jigo.
Ade Jigo harus merasakan pilunya ditinggal sang istri tercinta Meyuza karena tak selamat dari tsunami.
Dengan muka yang masih lebam dan nafas yang berat ia menceritakan saat menemukan sang istri.
Aden Jigo bercerita, setelah selamat dari terjangan tsunami, Ade berniat untuk mencari sang istri, anak pertama, dan pengasuhnya saat pagi hari.
"Namun pada saat anak saya udah muntah-muntah, bibirnya udah biru, wah ini udah dehidrasi nih takutnya," ujar Ade Jigo dikawasan Mampang, Jakarta Selatan, Kamis (3/1/2019).
Diapun meminta warga untuk mengantarnya ke klinik terdekat, saat setibanya di klinik ia menemukan anak pertama dan pengasuhnya.
Baca: Sempat Tergulung Tsunami, Wajah Ade Jigo Masih Terlihat Memar, Ini Kisahnya Bisa Selamat Dari Maut
Ade kemudian menghubungi keluarga, manajemen, dan basarnas untuk segera mengirimkan bantuan.
"Jam 3 pagi, manajemen saya sudah datang bawa ambulans untuk evakuasi siapapun itu," katanya.
Ade yang berniat mencari sang istri saat matahari terbit harus bersabar karena cuaca pada saat itu yang masih buruk.
Hujan dan peringatan kalau ombak akan naik kembali menjadi kendal pencarian korban pada saat itu.
Pada saat itu juga, pihak keamanan klinik memberitahu kepada Ade jika ada satu korban meninggal diklinik itu.
Adepun diminta untuk melihat korban yang disebut oleh pihak keamanan mirip dengan anak pertamanya.
Karena pada saat itu kondisi Ade masih cukup lemas, ia meminta pengasuhnya untuk melihat siapa korban meninggal di klinik itu.
"Saya belum siap, saya minta tolong mbak (pengasuh) saya, 'mbak tolong cek di belakang ada jenazah, itu siapa? Kalau kenal kabarin saya ya', mbak sama sekuriti dibawa ke belakang," ujarnya.
Tidak lama setelah itu pengasuh berteriak kemudian pingsan, Ade yang mendengar teriakan itu menyadari jika jenazah yang ada di klinik tersebut memang almarhum Meyuza istrinya.
"Ternyata informasi dari sekuriti, dibawa sama warga itu jam setengah sebelas malam. karena kejadiannya jam setengah 10 malam. itu jam setengah sebelas malam diantar warga ke klinik. cuman enggak tahu posisinya dimana enggak saya tanyakan. dan si mbak di jam setengah 12 diantar warga ke klinik, saya jam setengah 1 diantar warga ke situ (klinik)," katanya.
Melihat anak-anaknya sangat tegar, Ade merasa harus lebih tegar saat mengetahui ditinggal sang istri untuk selama-lamanya.
"Keterangan dari dokter yang memvisumnya katanya kelamaan di air, karena kebetulan istri saya enggak bisa berenang. dia jadi kebanyakan minum air laut jadi enggak kuat," katanya.
Jenazah istrinya telah dimakamkan di kampung halamannya di Desa Endikat Ilir, Gumay Talang, Lahat, Sumatera Selatan pada Senin (24/12/2018).