TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tepuk tangan lebih dari 400 penonton membahana di Perfilman Gedung Usmar Ismail saat kelompok budaya dari Manado, Sulut, Musica Sacra mengakhiri pertunjukan dengan melantunkan lagu “Opo Wana Natas” (Doa Kepada Tuhan), Sabtu (23/02/2019). Pertunjukan berupa tarian dan musik kolintang ini merupakan “gladi resik” sebelum berangkat ke Belanda pada Maret 2019. Menurut rencana, rombongan Musica Sacra akan berangkat sebanyak 23 orang dan akan tampil di beberapa kota Belanda termasuk Tilburg.
Konser yang bertajuk “Minahasa Untuk Indonesia” itu diselenggarakan Musica Sacra dan Masyarakat Kawanua Katolik (KawKat). Prehalatan budaya ini dibuka dengan menampilkan Tarian Tetengkoren dan kemudian dilanjutkan dengan Ritual Pembersihan MARESI U LESAR dan Tarian KAWASARAN serta dilanjutkan dengan doa dan gerak dalam lagu Mengalei IYAYOMOMA yang menampilkan kolaborasi kolintang, musik Bambu dan Tari Jajar. Tidak lupa dalam pertunjukan awal ditampilkan juga Tarian MAENGKET, MA' KAMBERU sebagai ungkapan syukur atas berkat karena panen melimpah.
Puja puji kepada Tanah Minahasa ditampilkan melalui gerak dan lagu OH MINAHASA, MARS MINAHASA, SAWAHU U NA'E WAHU U KERO'AN, BAKA-BAKA SAMBUNYI dan DUNG NENE DUNG TETE. Namun Minahasa bukanlah budaya yang berdiri sendiri dan ini dinyatakan dengan lantunan suara kulintang untuk lagu-lagu dari daratan Sulawesi OH KARIMAE, BINTE BILAHUTA, MONTOLUTUSAN dan ANGING MAMIRI.
Sebagai bagian dari nusantara yang bernama Indonesia, Musica Sacra kemudian memilih 3 (tiga) lagu
YAMKO RAMBE (Papua), JALI JALI (Jakarta) dan TARDIGADINGDANG (Batak) untuk menegaskan ikatan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu bangsa.
Lembaga Musica Sacra ini dipimpin Pastor Harry Singkoh MSC, yakni murid Prof. Dr. Gerrit Janssen MSC, ahli musik dan sekaligus pendiri ‘Musica Sacra’ di Keuskupan Manado. kegiatan ini untuk memperkenalkan sekaligus mempromosikan khazanah budaya Minahasa kepada masyarakat umum di tingkat nasional bahkan sampai ke mancanegara, sebagai implementasi aksi mendukung program Pemerintah RI di bidang pariwisata, agar makin banyak turis tertarik mengunjungi tanah Minahasa di Sulawesi Utara.
Direktur Musica Sacra Keuskupan Manado, Harry Singgoh menjelaskan, selain memiliki nilai kreativitas yang tinggi, dia berharap bahwa budaya Minahasa yang ditampilkan ini dapat menjadi salah satu event yang diagendakan sebagai kalender kegiatan tetap Kementerian Pariwisata.
Dalam acara ini, tuan rumah OMK Kawanua Katolik ikut mengisi acara Konser dengan Tarian Katrili, sebuah tarian yang sangat populer di Minahasa. Tarian ini dipentaskan oleh muda-mudi ini merupakan tarian hasil persinggungan budaya Minahasa dengan budaya Eropa, yakni Portugis-Spanyol. Secara etimologi, tarian Katrili berasal dari bahasa Eropa, yaitu Quadrille. Tarian ini mempunyai dua jenis langkah, yaitu Waltz irama 3/4 dan Gallop langkah 2/4, dengan aba-aba komando dilakukan oleh pemimpin tari dalam bahasa Perancis.
Merunut pada sejarah terbentuknya tarian, tari Katrili berasal dari tarian Lalaya’an ne Kawasaran, yaitu tarian yang penarinya membentuk dua baris dan saling berhadapan untuk membentuk formasi dan bertukar tempat. Pada masa pendudukan Spanyol di Minahasa, tarian adat ini berubah menjadi tarian pergaulan yang disebut dengan Lansee, dimana pasangan penari pria dan wanita saling berputar dan bertukar posisi.
Acara ditutup dengan pemberian penghargaan dari Ketua Umum Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN) Indonesia, Penny Iriana Marsetio kepada Kelompok Musica Sacra. Penny Iriana Marsetio hadir bersama suaminya, Laksamana TNI (Purn) Dr. Marsetio, M.M., mantan KASAL.