News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jelaskan Fenomena Equinox, Sutopo: Panasnya Tak Seberapa Dibandingkan Panas Hati Melihat Mantan

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, saat ditemui di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Kamis (31/1/2019)

TRIBUNNEWS.COM - KEPALA Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho menyoroti fenomena alam equinox yang kini terjadi.

"Mengapa sinar matahari terasa terik? Ini karena adanya equinox yaitu fenomena astronomi di mana matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung 2x dalam setahun, yaitu pada 21 Maret dan 23 September," tulis Sutopo Purwo Nugroho‏ di akun Twitter @Sutopo_PN, Selasa (26/3/2019).

"Jadi wajar kan akhir Maret gini terasa lebih panas," imbuhnya, sambil membagikan foto bayangan dirinya di bawah terik matahari.

Sutopo Purwo Nugroho lantas mengaitkan fenomena equinox dengan panasnya hati saat melihat mantan jalan bergandengan bersama pacar barunya.

"Panasnya equinox tak seberapa dibandingkan panas hati melihat mantan jalan bergandengan bersama pacar barunya. Ditambahkan kamu masih jomblo. Wuih panas deh! Mau equinox, mau kulminasi.... hati pasti panas membawa hehe," tulisnya.

Kemarin, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menanggapi beredarnya berita yang menyebutkan adanya fenomena Equinox yang menyebabkan peningkatan suhu ekstrem berakibat sun stroke dan dehidrasi, sehingga perlu diluruskan.

Mulyono Rahadi Prabowo, Deputi Bidang Meteorologi BMKG menjelaskan, equinox adalah salah satu fenomena astronomi, di mana matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

Prabowo menjelaskan, saat fenomena ini berlangsung, matahari dengan bumi memiliki jarak paling dekat.

Konsekuensinya, wilayah tropis sekitar ekuator akan mendapatkan penyinaran matahari maksimum.

Namun begitu, lanjut Prabowo, fenomena ini tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis maupun ekstrem.

"Secara umum, diketahui rata-rata suhu maksimum di wilayah Indonesia berada dalam kisaran 32-36°C," lanjut Prabowo.

Berdasakan pengamatan BMKG, suhu maksimum tertinggi pada 23 Maret 2019 tercatat 37,6°C di Meulaboh, Aceh.

"Equinox bukan merupakan fenomena seperti gelombang panas atau heat wave yang terjadi di Eropa, Afrika dan Amerika, yang merupakan kejadian peningkatan suhu udara ekstrem di luar kebiasaan dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama," papar Prabowo.

Menyikapi hal ini, Prabowo mengimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari equinox, sebagaimana disebutkan dalam isu yang berkembang.

Secara umum, kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab atau basah. Beberapa wilayah Indonesia saat ini sedang memasuki masa atau periode transisi alias pancaroba.

Maka, ada baiknya masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh, dan tetap menjaga kesehatan keluarga serta lingkungan.

Sutopo Purwo Nugroho (INSTAGRAM)

Berjuang Melawan Sakit Kanker Paru

Sebelumnya, Sutopo Purwo Nugroho, mengungkapkan banyaknya obat dan multivitamin yang harus ia minum setiap hari.

Hal itu wajib ia lakukan, agar tetap bertahan dari ganasnya penyakit kanker paru-paru stadium IV yang ia idap.

"Sehat dan sakit itu ternyata juga pilihan. Setelah divonis sakit, saya harus minum obat dan multivitamin agar tetap bertahan dari ganasnya penyakit," tulis Sutopo Purwo Nugroho di akun Twitter @Sutopo_PN, Kamis (21/3/2019).

"Hampir semua obat pahit. Bahkan kadang lebih pahit dari kehidupan. Juga ada yang sangat mahal. Makanya makanlah yang sehat-sehat," sambungnya.

Sebelumnya, Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan kondisi tubuhnya yang mengalami tulang bengkok, karena menderita kanker paru-paru stadium IV.

Pada awal 2018 lalu, Sutopo Purwo Nugroho didiagnosis menderita kanker paru-paru stadium IV.

Setelah didiagnosis mengidap kanker paru, dokter dan keluarga sempat meminta Sutopo Purwo Nugroho menghentikan aktivitasnya menangani bencana alam, guna fokus pada pengobatan.

Namun, Sutopo Purwo Nugroho menolaknya dan tetap ingin bekerja membantu menginformasikan kepada masyarakat mengenai bencana-bencana yang terjadi di Tanah Air.

Pada Senin (4/3/2019) lalu, Sutopo Purwo Nugroho membagikan kondisi terkininya.

Melalui unggahan Instagram-nya, Sutopo Purwo Nugroho bercerita bahwa kini ia mengalami skoliosis atau tulang belakang yang bengkok.

Hal ini menyebabkan tubuh Sutopo Purwo Nugroho saat berdiri terlihat semakin miring.

Sutopo Purwo Nugroho mengungkapakan bahwa ia mengalami skoliosis, karena tulang belakangnya terkena dorongan massa kanker.

Sutopo Purwo Nugroho lantas mengunggah sebuah foto saat dirinya meneteskan air mata, Rabu (13/3/2019) lalu.

Menurutnya, menangis bukanlah suatu hal yang salah.

"Orang kuat bukanlah orang yang tidak pernah menangis. Orang kuat adalah orang yang mengakui bahwa dirinya lemah."

"Menangis adalah fitrah manusia jika ditimpa musibah. Menangis juga untuk melepaskan segala beban yang ada di hati kita," tulis Sutopo Purwo Nugroho.

"Tentu yang paling baik menangis sendirian di hadapan Sang Pencipta. Menangis dan menyesali semua kesalahan dan kekhilafan yang pernah kita lakukan kepada diri sendiri maupun kepada Allah. Jika kita melakukan ini, sesungguhnya Allah tengah menurunkan limpahan rahmat dan nikmat yang tidak terhingga untuk diri kita."

"Apalagi menangis di saat sedang bersujud. “Dan mereka bersujud sambil menangis dan mereka bertambah khusyu” (QS Al Israa’: 109)," paparnya.

Ia mengatakan, menangis dan mencurahkan hati kepada sang pencipta membuat lebih tenang.

"Insya Allah jika setelah menangis di hadapan Allah, hati ini rasanya akan lebih tenang dan pikiran akan lebih terbuka. Yakinlah bahwa Allah mendengar dan melihat tangisan kita. Allah akan memberi jalan keluar yang terbaik kepada hambanya yang mau menyesali kesalahannya dan memohon pertolongan kepada-Nya. Menangislah!" tulis Sutopo Purwo Nugroho.

Sutopo Purwo Nugroho juga memberi semangat untuk Ani Yudhoyono.

Sutopo Purwo Nugroho mendoakan istri Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono.

Doa yang dipanjatkan Sutopo Purwo Nugroho, sekaligus memberikan tips kepada Ani Yudhoyono yang saat ini mengidap sakit kanker darah dan tengah dirawat di rumah sakit di Singapura.

"Mohon maaf jika kurang berkenan. Saya hanya sekedar berbagi pengalaman apa yang saya rasakan selama satu tahun ini memderita kanker di level kritis. Jika tidak berkenan mohon didelete berita dan video ini. Tks," ucapnya Sutopo Purwo Nugroho melalui pesan singkatnya, Kamis (14/2/2019).

Melalui pesan singkatnya, Sutupo Purwo Nugroho menulis "Doa Untuk Ibu Ani SBY dari Penyintas Kanker Paru Stadium 4B yang sedang Menjalani Kemoterapi ke-8."

Walaupun merasa dirinya bukanlah siapa-siapa bagi Ani Yudhoyono, Sutopo Purwo Nugroho merasa saat ini Ani Yudhoyono membutuhkan doa darinya.

"Di saat saya sedang menjalani kemoterapi ke-8 di RSPAD Jakarta, sengaja saya mengirimkan doa untuk kesembuhan Ibu Ani SBY dari sakit kanker darah. Saat ini beliau sedang dirawat di NUS Hospital Singapore," kata Sutopo Purwo Nugroho.

"Bu Ani, mungkin saya bukanlah siapa-siapa bagi Ibu Ani. Tapi saya sebagai penyintas kanker, memahami bagaimana sakitnya secara lahiriah dan batiniah ketika dokter memvonis sakit kanker. Rasa shock, bingung dan sedih pasti memenuhi benak kita. Mengapa saya? Itu pertanyaan yang selalu muncul di awal," lanjut Sutopo Purwo Nugroho.

Yang terpenting bagi Sutopo Purwo Nugroho, yakni semangat dan rasa ikhlas Ani Yudhoyono saat mendapatkan ujian penyakit kanker darah yang saat ini menyerang tubuhnya.

"Yang penting Ibu Ani tetap semangat, ikhlas menerima ujian sakit kanker darah ini, terus berdoa dan ikhtiar, serta selalu bersyukur kepada Allah SWT karena masih banyak kenikmatan dan kesehatan tubuh lain yang Allah limpahkan kepada Ibu Ani," paparnya.

Sebagai penyintas kanker paru stadium 4B selama 1 tahun dan menjalani kemoterapi ke-8, Sutopo Purwo Nugroho mengaku sangat memahami dan mengerti betapa sakitnya penyakit kanker tersebut.

Pengidap kanker, ujar Sutopo Purwo Nugroho, perlu sabar dan kuat menghadapi penyakit ganas tersebut.

Sutopo Purwo Nugroho pun berharap Ani Yudhoyono tetap semangat dan jangan menyerah menghadapi kanker darah yang tengah dideritanya.

"Saya sebagai penyintas kanker paru stadium 4B yang sudah menjalani 1 tahun ini dan saat ini sedang menjalani kemoterapi ke-8, memahami dan mengerti sakit kanker itu seperti apa menyakitkannya. Perlu kesabaran dan kekuatan menghadapi ujian yang berat ini," beber Sutopo Purwo Nugroho. (Yaspen Martinus)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Kata Sutopo, Panasnya Equinox Tak Seberapa Dibandingkan Lihat Mantan Jalan Bersama Pacar Baru,

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini