Laporan wartawan Tribun Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kisah legendaris Srimulat berawal ketika Raden Ayu Srimulat dan Teguh Slamet Rahardjo mendirikan sebuah grup bernama Gema Malam Srimulat. Gema Malam Srimulat awalnya adalah kelompok seni keliling yang menggelar pertunjukan dari satu kota ke kota lain dari Jawa Timur sampai Jawa Tengah.
Unsur komedi mulai masuk ke penampilan Gema Malam Srimulat pada medio 1951 ketika mereka menampilkan tokoh-tokoh dagelan Mataram. Musik dan lawak kemudian menyatu menjadi sebuah formula pertunjukan khas Gema Malam Srimulat.
Srimulat pernah mengalami masa redup dan masa kejayaannya. Mereka pernah 'naik kelas' ketika mendapatkan kesempatan tayang di TVRI pada rentang 1986 sampai 1987. Srimulat kemudian meredup lalu bubar dua tahun berselang.
Srimulat kembali berjaya ketika bereuni dan tampil di Indosiar. Cukup lama mereka tampil di stasiun televisi swasta ini, dari 1995 sampai 2003. Sejak itu mereka sempat tayang di beberapa stasiun televisi hingga akhirnya benar-benar vakum dalam empat tahun terakhir.
Namun demikian, rasa rindu penggemar kepada Srimulat bisa segera terobati. Enam tahun yang lalu mereka menjalin kerja sama dengan sebuah rumah produksi untuk membuat sebuah film layar lebar. Persiapan penggarapan film dimulai sejak tahun lalu, namun ada beberapa hal yang harus ditunda.
"Tahun ini, antara Oktober sampai Desember, mudah-mudahan sudah bisa ambil gambar. Rencananya tahun kemarin, tapi karena ada berbagai hal, seperti pertimbangan pemilihan casting, akhirnya diputuskan tahun ini," tutur Eko Saputro, pengurus Srimulat, kepada Tribun Network, Rabu (24/7).
Ini seolah tanda Srimulat ternyata tak tergerus oleh zaman. Koko, sapaan akrab Eko Saputro, mengatakan komedi selalu berkembang setiap saat sama seperti seni yang lain. Srimulat, yang mengambil konsep edan-edanan khas Kerajaan Mataram, mengembangkan konsep itu dan menjadikannya sebagai sebuah pakem komedi ala Srimulat.
"Para pemain bisa berganti, tapi pakemnya tetap seperti ini. Pakem Srimulat," kata Koko.
Lantas, bagaimana Srimulat akan mempertahankan jati dirinya sementara arus zaman mengalir begitu deras?
"Urutan-urutan, rundown dari sebuah sajian pertunjukan. Kita punya urutan-urutan yang baku, tapi cerita-cerita dan istilah-istilah kita mengalir saja mengikuti zaman," papar Koko yang anak dari Teguh dan Djudjuk Djuariah.