News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ditawar Harga Tinggi, Keluarga Tak Ingin Lepas Mesin Tik Kesayangan Pramoedya Ananta Toer

Penulis: Nurul Hanna
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjung melihat pameran Jejak Karya Pramoedya Ananta Toer, di Jakarta, Senin (5/8/2019). Pameran ini digelar untuk memperkenalkan karya-karya Pram selain Bumi Manusia dan Perburuan yang diangkat ke layar lebar. Pameran tersebut menampilkan buku-buku Pram dari berbagai macam bahasa, mesin tik yang digunakan Pram, buku Bumi Manusia yang ditulis tangan oleh Pram sendiri. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurul Hanna

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mesin tik kesayangan sastrawan Pramoedya Ananta Toer, sempat ditawar oleh sejumlah kolektor dengan harga tinggi.

Namun, keluarga enggan melepas mesin tik tersebut karena nilai sejarahnya.

“Pernah ada yang menawar, tapi saya nggak usah ngomongin nominal. Orang Indonesia dan orang luar ada yang menawar,” kata Angga, cucu Pramoedya Ananta Toer ditemui beberapa waktu lalu.

Bukan tanpa alasan pihak keluarga tak melepas mesin tik tersebut.

Perjuangan Pram, dan cerita sejarah di balik mesin tik tua itu lebih berharga dibandingkan dengan uang.

“Dilepas juga buat apa, itu nilai historisnya lebih besar buat kami dibanding nominalnya,” katanya.

Mesin tik kesayangan Pram, sempat diletakkan di Pameran Jejak Pramoedya Ananta Toer di RBOJ Coffeee, Pejaten, Jakarta Selatan.

Baca: Bupati Ini Menyamar Jadi Pelanggan PSK, Keluar Masuk Lokasi Prostitusi, Temuannya Mengejutkan

Baca: 10 Tahun Produk Kecantikannya Populer di Malaysia, Siti Nurhaliza Beranikan Diri Jual di Indonesia

Mesin ketik sastrawan ternama Pramoedya Ananta Toer dipajang dalam pameran di rumah masa kecil Pram di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Kamis (13/9/2018). Pameran itu bagian dari Festival Cerita dari Blora yang berisikan sejumlah kegiatan terkait dengan sastra, kebudayaan, dan Pram. (KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA)

Mesin tik berwarna biru muda tersebut dipajang bersama sejumlah novel Pram lainnya, dan dokumentasi asli novel Bumi Manusia.

Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa asing.

Dalam perjuangannya menulis, Pram sempat ditahan pemerintahan dan bukunya dilarang beredar. Pram wafat pada 2006 lalu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini