Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurul Hanna
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabar tak sedap berembus saat konser Westlife di Palembang pada 18 Agustus lalu. Gosipnya ada pejabat yang minta jatah 500 tiket VIP. Promotor menjelaskan yang terjadi di balik panggung.
Sontak promotor bereaksi. Apa yang terjadi sebenarnya saat koser Westlife tersebut?
Rendy, Presiden Direktur Neutron Live Asia selaku promotor memberikan klarifikasinya kepada Tribunnews Rendy menyebut, ada kekeliruan dalam pemberitaan di salah satu media.
“Jadi gini, ada misinformasi dari Tempo, yang pertama, promotor utamanya adalah Neutron Live Asia, saya sendiri. Sedangkan Musicevent adalah EO (Event Organizer) lokal yang membantu saya dalam menjalankan konser di sana,” katanya saat dihubungi, Kamis (22/8/2019) malam.
Baca: Sebut ‘Pabrik Susu’, Yan Widjaya Mengaku Ditelpon Langsung Aura Kasih, Ini yang Terjadi Selanjutnya
Baca: Dilarang Bawa Akar Bajakah ke Luar Kalteng, Penumpang Sampai Nangis Memohon Izin Jadikan Obat
Baca: Emosi Aura Kasih Soal Pabrik Susu Bisa Pengaruhi Mutu ASI, Ini Trik Agar Menyusui Tetap Lancar
Melalui unggahan Instagram, akun Musicevent membeberkan jika ada banyak penonton yang minta diperlakukan istimewa.
Lalu, pemberitaan berkembang menjadi isu adanya pejabat yang meminta tiket.
“Lalu berita berkembang menjadi pejabat minta tiket VIP sebanyak lima ratus, saya bisa katakan itu adalah salah,” kata dia.
Rendy menjelaskan, memang ada oknum yang masuk ke akses konser tanpa tiket.
Namun, ia tak mengetahui siapasaja oknum tersebut. Oknum tersebut tidak menggunakan tanda pengenal atau gelang penonton.
“Ada masyarakat biasa yang membobol beberapa akses kami, di belakang panggung. Di gerbang penonton, dia tidak membayar karcis atau membeli tiket. Caranya gimana, mungkin dia kenal orang dalam, orang Jakabaring, mungkin, aku juga nggak tahu,” katanya.
“Tapi yang saya tahu, ketika saya ke backstage banyak orang yang berkumpul tidak menggunakan id card tidak menggunakan gelang wristband dari kami, artinya dia bukan penonton, bukan promotor dan bukan media,” tambahnya.
Oknum tersebut, menurut Rendy memasuki area belakang dan depan panggung. Ada juga yang berada di tribun.
“Kami sangat sesalkan kenapa terbobol. Dan nggak seperti berita di Tempo, pejabat minta lima ratus tiket,” ujarnya.
Rendy menambahkan, jumlah oknum yang membobol berjumlah sekira setengah area konser. Sedangkan konser Westlife di stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring berkapasitas seribu orang.
“Itu jumlah lima ratus bukan dari kami. Mungkin kalau dijumlahin, di panggung di tribun. Mungkin ada lima ratus orang. Itu masyarakat umum, mungkin juga ada yang kenal aparat, kita nggak tahu,” tambahnya.
Sebelumnya, diberitakan di Tempo jika ada pejabat yang meminta jatah kursi VIP hingga lebih dari 500 kursi. Jumlah ini tentu membuat promotor merugi lantaran kelas VVIP dibanderol hampir 2 juta rupiah.
Gubernur Geram
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru saat dimintai tanggapan keluhan tersebut begitu terkejut mendengar "jatah" kursi yang diminta pejabat tersebut mencapai 500.
"Siapa itu yang minta? itu mau dijual?" kata Herman Deru, Kamis (22/8/2019).
Herman pun mengaku akan mencari tahu siapa oknum pejabat yang disebut oleh promotor tersebut.
"Yang minta siapa? saya cari tahu dulu siapa. Nanti saya tegurlah," ujarnya.
Promotor Rugi 5 Milyar
Semula, pihak promotor berniat untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat Sumatera untuk menonton konser.
Demi mewujudkan niat itu, pihak promotor pun menggelar konser Westlife di Palembang.
Namun konser tersebut berujung pada kerugian mencapai milyaran rupiah.
“Kami menjawab kerinduan penonton, kenapa sih kita kalau nonton konser harus di Jakarta, nonton Metallica di Jakarta, Gun N Roses di Jakarta, nonton Ed Sheeran kan di Jakarta. Kita kan punya sumber daya yang cukup lah, venuenya juga bagus-bagus,” kata Rendy, Presiden Direktur Neutron Live Asia saat dihubungi Tribunnews, Kamis (22/8/2019).
Namun, Rendy memprediksi bahwa konser di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Minggu (18/8/2019) malam adalah konser terakhir untuk grup musik lagendaris Internasional.
Menurutnya, jika masih berupa konser penyanyi solo, atau grup musik lainnya mungkin masih bisa terselenggara dengan sukses.
“Mungkin ini konser pertama dan terbesar, mungkin juga bisa menjadi konser terakhir di pulau Sumatera. Kalau Air Supply, Calum Scott mungkin masih bisa (terselenggara). Sebesar se-legend kayak Westlife ini pertama dan terakhir,” katanya.
Tak seperti konser di Jakarta, penjualan tiket Westlife di Palembang tidak terjual habis.
Menurut Rendy, banyak penonton yang memburu tiket ketika waktu pembelian sudah ditutup. Banyak juga, penonton yang meminta potongan harga.
“Berharap potongan harga, padahal kami dari pihak promotor meng-set harga jni adalah tiket Westlife dengan harga paling murah di seluruh dunia. (Konser di) Semarang san Borobudur, paling atas di VIP 3,5 juta kita cuma 1,95 juta. Tiket paling murah 550 itu sudah sangat murah. Di Jakarta paling murah 1 juta,” katanya.
Tak hanya itu, sebelumnya Rendy juga menjelaskan banyaknya oknum yang membobol akses konser. Oknum tersebut terpantau tidak menggunakan tanda pengenal kru atau media, maupun gelang penotnon.
Jumlah oknum tersebut diperikrakan mencapi 500 orang, setengah dari kapasitas stadion.
Tiket yang tak ludes dijual, serta banyaknya oknum tak bertanggung jawab pun membuat promotor merugi milyaran rupiah.
“Rugi sekitar 5 Milyaran, mungkin jadi tolak ukur untuk promotor-promotor lain. Lebih baik kalau artisnya sebesar westlife jangan dibawa ke Palembang, ini Neutron Live Asia sudah pernah coba dan rugi 5 M.. butuh waktu 10 tahun lagi untuk ada promotor yang berani bawa (musisi Internasional) ke Sumatera,” katanya.