TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Acara konser musik untuk republik sebetulnya teleh direncanakan jauh hari dengan maksud untuk merekatkan kembali polarisasi masyarakat pasca Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden April 2019 yang lalu.
Begitu yang disampaikan oleh salah satu panitia konser musik untuk republik Ezra Simanjuntak dalam keteranganya, kepada wartawan, Sabtu (5/10/2019).
"Kita semua harus bicara tentang persatuan karena adu politik telah memecah belah itu. Mau itu karena perbedaan ideologi, atau suka sama si A atau si B retaknya jadi semakin parah," ujar Ezra Simanjuntak.
Dengan jurang polarisasi yang menurut Ezra sangat dalam ini, seperti kerusuhan yang menjadi anarkis seperti di tahun 1998. "Sebagai anak bawah tanah, underground, guwe merasa udah resah dan ga nyaman. Bayangkan band itu ada yang terpecah gara gara pilihan 01-02," ungkapnya.
Terkait pertemuan para musisi yang akan memeriahkan acara di Istana Negara dengan Presiden Joko Widodo, Ezra menegaskan hal tersebut semata hanya menyampaikan keresahan para musisi terkait dengan situasi dan kondisi bangsa Indonesia pasca Pilpres 2019 kemarin. Bukan meminta izin apalagi meminta dana.
“Kami sampaikan ke beliau, bapak kami ini sangat khawatir dengan perpecahan yang sudah terjadi. Saya ngomong sendiri sebagai musisi bawah tanah,” ujar dia.
Pada intinya, tekan Ezra, musisi ingin membantu untuk meneduhkan situasi dan kondisi negara dengan cara menghibur masyarakat agar persatuan dan kesatuan tetap terjaga.
Ezra menambahkan, pesan sederhana konser untuk republik ini adalah sebagai simbol ekspresi bukan hura-hura. Melalui musik, pesan yang ingin disampaikan adalah persatuan dan kesatuan Indonesia.
Hal yang sama disampaikan oleh panitia lainnya, seperti diungkapkan oleh Raiden Soedjono. Dia mengatakan bahwa konser ini bertujuan untuk menyatukan kembali persatuan dan perdamaian di tengah masyarakat.
"Konser kami jelas membawa pesan persatuan dan perdamian anak bangsa, tapi mereka terus nyinyir. Sementara mereka menutup mata untuk konser-konser lain yang sifatnya hura-hura dan orientasi profit," Kata Raiden.
Para musisi yang hadir juga kata Raiden tidak lagi memikirkan profit, seperti Godbless, mereka tidak terima publish rate, hanya production cost beberapa vendor juga sama. Mereka kata Raiden memiliki hati merah putih, tidak memikirkan profit dengan menjual tiket.
"Jadi kalau ada yang masih meragukan kami, apakah mereka-mereka ini menolak persatuan. Buat saya sih simple, jika kita bersatu segala konflik atau masalah apapun yang ada di bangsa ini bisa selesai, bersatu itu kunci untuk kita menyelesaikan banyak masalah” Ujarnya.
Sejumlah musisi akan terlibat dalam konser Musik untuk Republik. Namun sayangnya, konser ini mendapat banyak cemoohan dari masyarakat. Sebelum menggelar konser sejumlah musisi yang ikut terlibat sempat sowan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istanan Negara, Jakarta.
Tapi rupanya, gara-gara pertemuan dengan Presiden Jokowi, konser Musik untuk Republik bersama sejumlah musisi mendapat hujatan dari masyarakat. Sebagian masyarakat yang menghujat menilai konser tersebut tidak memiliki empati karena digelar disaat kondisi negara tengah mengalami banyak masalah.