Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Arie Puji Waluyo
TRIBUNNEWS.COM - Anggika Bolsterli memerankan karakter Nauli di film 'Sang Prawira' besutan sutradara Ponti Gea yang didukung Mabes Polri.
Untuk membuat film itu menarik dan sesuai prediksi, Anggika Bolsterli harus memarahi polisi yang juga lawan mainnya, yakni IPDA Dimas Adit S yang berperan sebagai Horas.
"Maaf sebelumnya, memang akting mereka kurang. Cuma aku geregetan soal emosi mereka yang tak kunjung terlihat. Jadinya aku mancing dengan memarahi polisi supaya aktingnya dapat," kata Anggika Bolsterli.
Hal itu ia katakan ketika ditemui dalam gala premiere film 'Sang Prawira' di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (23/11/2019).
Baca: Dugaan Penistaan Agama oleh Sukmawati, Polisi Terima 5 Aduan: Dua di Polda Metro, 3 di Mabes Polri
Baca: Tanggapi Kritik Anggotanya Ada yang Perutnya Buncit, Mabes Polri: Polisi Harus Miliki Fisik Prima
Baca: Banyak Polisi Perutnya Buncit, Begini Tanggapan Mabes Polri
Meski begitu, Anggika mengakui bahwa dirinya sebenarnya takut untuk memarahi polisi. Sebab, ia menyadari lawan mainnya adalah penegak hukum.
"Takutlah, mereka kan polisi. Takut aja nanti salah sedikit dipenjara," ucapnya.
Ketakutan itu pun tak hanya dirasakan oleh Anggika. Ia mengaku, akting coach yang didapuk dalam film yang rencananya akan tayang pada 28 November 2019 itu, juga ketakutan mengarahkan akting kepada para polisi.
"Akting coachnya juga takut dan kebingungan. Dia begitu karena yang diarahin polisi, jadi enggak berani," ungkapnya.
Kendati demikian, Anggika merasa beruntung ia tak sampai di penjara karena sudah mengarahkan, memancing, dan memarahi polisi agar aktingnya bagus.
"Ya aku senang, karena apa yang aku lakuin, akting polisi ini jadi dapet emosinya," ujar Anggika Bolsterli.
Film 'Sang Prawira' sendiri menceritakan sosok Horas, seorang pemuda yang memiliki cita-cita membanggakan keluarganya untuk bangkit dari kemiskinan.
Baca: Istri Pelaku Bom Bunuh Diri Medan Susun Rencana Teror Bali Bersama Terpidana Kasus Terorisme
Guna melawan takdir garis kemiskinan, Horas pun mendaftarkan diri menjadi Anggota Kepolisian (Akpol). Keinginannya menjadi polisi pun terwujud.
Horas berhasil menjadi seorang polisi yang mampu membanggakan dan membangkitkan garis kehidupan keluarganya.
Namun, dibalik kesuksesannya itu, kehidupan Horas sendiri pun terbilang tak mulua. Dengan kecintaannya kepada poliai, Horas harus merasakan tiga hal, kehilangan orangtua, kekasih, dan sahabat.
Ponti Gea tak hanya menceritakan tentang perjalanan Horas menjadi polisi, integritas dan kehidupan kepolisian, dan juga keindahan Danau Toba.
Bersama dengan Mabes Polri dan Polda Sumatera Utara, Ponti Gea juga memperlihatkan keindahan budaya dan wisata dari Sumatera Utara.