TRIBUNNEWS.COM - Setelah 24 tahun sejak kepergian penyanyi Nike Ardilla, mantan Asisten Rumah Tangga (ART) bernama Umar muncul.
Kini Umar memilih menjadi pemulung selama 11 tahun di kampung.
Umar juga menolak dengan tegas tawaran untuk bekerja menjadi ART di rumah artis lain.
Sebab dirinya takut jika majikannya tak sebaik almarhumah Nike Ardilla.
Umar pun terisak saat menceritakan kisah masa lalunya bersama mendiang Nike Ardilla.
Lantas, seperti apa kesaksian Umar yang kini menjadi pemulung?
Umar mengisahkan awal kali dirinya melamar menjadi ART di rumah Nike Ardilla.
"Saya tadinya fans berat sama Neng Nike. Jadi saya pingin ke rumahnya teh takut nggak diterima. Jadi saya berdoa dulu terus puasa," kata Umar dalam tayangan kanal YouTube ESGE Entertainment, Rabu (4/12/2019).
Setelahnya, Umar menuju Bandung dan ia mengaku tidak membawa apa pun.
"Langsung saya diterima sama maminya dan boleh kerja di sini. Langsung saya kaget. Makasih kata saya. Langsung saya pulang lagi ke kampung bilang sama seluruh kampung. Jadi pada seneng," ungkap Umar.
Sempat Umar tidak dipercayai oleh warga kampung jika akan bekerja di rumah mendiang Nike Ardilla.
Namun, setelah satu bulan lamanya kerja lantas warga akhirnya percaya kepada Umar.
Umar mengisahkan, pertama kali dirinya bekerja di rumah Nike Ardilla, selama 3 hari belum bisa bertemu dengan mendiang Nike Ardilla.
"Waktu saya lagi nyapu-nyapu di belakangnya, saya lihat di kamarnya lagi tidur. Pas ketiga kalinya saya dipanggil," kata Umar menceritakan.
Pertama kali dipanggil almarhum Nike Ardilla, Umar mengaku kaget dan berdebar.
Ia pun mengaku grogi jika diperhatikan oleh Nike Ardilla saat itu.
"Mana berdebar. Minder kalau dilihatin sama almarhum. Tapi nengnya cuek sama saya langsung ketawa gitu."
"Saya langsung dikerjain disuruh joget. Saya juga suka joget. Jadi saya disuruh apa aja," ujar Umar.
Umar mengatakan dulu ia bertugas beres-beres kamar dan baju-baju alm. Nike Ardilla.
"Pas Neng Nike udah mau shooting kamarnya diberesin sama saya. Jangan sama orang lain, udah percaya sama saya," jelasnya.
Ia mengaku suka diberi upah besar oleh almarhumah Nike.
"Lebih dari gaji, kalau habis shooting dikasih," tuturnya.
Umar juga mengaku sering diberi bonus oleh majikannya berkisar Rp 100-150 ribu.
Selain itu, ia mengaku juga tidak pernah dimarahi oleh almarhumah Nike Ardilla.
Umar mengungkapkan almarhumah Nike yang dikenalnya merupakan sosok yang polos dan penyayang.
Meninggalnya Nike Ardilla saat itu Umar mengatakan masih di rumah.
Awalnya sebelum pulang kampung momen lebaran, ia pamit kepada Nike Ardilla.
"Diucapin selamat pulang kampung. Saya dikasih uang dikasih baju sama eneng. Sambil nangis eneng sama saya," kisahnya.
"Pas dengar almarhum meninggal, saya sampai nangis. Orang-orang pada kaget di kampung. Saya langsung ke Bandung nggak bawa sandal, nggak bawa apa," lanjutnya.
Sepeninggalan Nike Ardilla, Umar masih bekerja di sana selama empat tahun.
Setelah itu, Umar mengaku tidak mau melanjutkan menjadi ART di rumah artis lain, selain Nike Ardilla.
Ia pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke kampung dan rela menjadi pemulung.
"Sekarang di kampung, cari rongsokan. Nggak mau di orang lain. Mendingan di kampung aja ah. Dari pada saya sakit hati, takut ingat almarhum kalau sakit hati," keluh Umar sambil terisak menangis mengingat almarhumah Nike.
Alasannya tak lain karena Nike Ardilla semasa hidupnya sangat peduli dan sayang.
"Maunya digendong habis shootoing. Digendong sama saya. Mau digendong sama Umar," ujar pria yang sedikit gemulai sambil berlinang air matanya mengingat memori bersama Nike.
Kembali kekeh, Umar saat ditanya untuk bekerja menjadi ART artis lain, ia benar-benar menolak.
"Nggak tau. Takut aja nggak kayak almarhum Nike. Inget almarhum. Saya dikampung aja. Nggak peduli. Cari rongsokan. Banyak melihat orang sebelah mata juga, nggak papa," tegasnya.
Selain kini menjadi pemulung, ia juga mengaku menjadi tukang cuci.
"Sekarang mah nyuci manual 11 tahun, rongsokan juga hampir sama 11 tahun," jelas Umar. (*)
(Tribunnews.com/Nidaul 'Urwatul Wutsqa)