News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mengenal Aman Datuk Madjoindo, Sastrawan Minang Penulis Kisah Si Doel Anak Betawi

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu cuplikan adegan si Doel Anak Sekolahan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tokoh Si Doel, putra Betawi yang gigih, tentu lekat dalam ingatan publik.

Terlebih saat kisahnya diangkat ke layar kaca dengan judul Si Doel Anak Sekolahan dan Si Doel Anak Gedongan menemani masyarakat di tahun 90an.

Di balik kisahnya yang kental akan budaya dan kebiasaan orang Betawi, cerita Si Doel ternyata datang dari buah pikiran seorang anak nagari, Aman Datuk Madjoindo.

Baca: Raffi Ahmad Mau Tukar Rolls Royce dengan Oplet Si Doel? Rano Karno Diingatkan Wasiat Alm Benyamin

Kisah Si Doel Anak Betawi ditulis oleh Aman pada tahun 1932 dan diterbitkan oleh Balai Pustaka.

Baca: Menu Makanan Vegatarian Jadi Pilihan Keluarga Si Doel di Bulan Ramadan

Aman lahir di Supayang, Solok, Sumatera Barat pada 1896. Disebutkan pula Aman tamat dari Inlandsche School (Sekolah Bumiputera) pada usia 12 tahun.

"Saat itu memang kenapa juga dianggap kenapa penulis Minang ketika menuliskan kisah tentang anak Betawi dengan setting Betawi di Jakarta tidak apa-apa juga. Karena saat itu hampir penulis semua orang Minang, orang Sumatera Timur," kata sutradara dan pegiat sejarah Iman Brotoseno, dalam diskusi virtual 'Mengenal Aman Dt Madjoindo, Minggu (10/5/2020).

Baca: Pilih Zaenab, dan Merasa Bersalah Pada Sarah, Kisah Doel Akan Berlanjut? Rano Karno Beri Bocorannya

Semasa sekolah, Aman sudah menunjukkan gelagat kutu buku dan sangat menyukai membaca sastra melayu klasik.

Setahun setelah lulus dari Kweekschool (Sekolah Guru) pada 1911, Aman sudah mulai mengajar. Dari Solok hingga ke Kota Padang.

Di saat menjadi pengajar itulah sosok Aman menjadi lebih dekat dengan dunia anak.

Namun, hal itu tidak membuat Aman merasa puas. Ia memutuskan untuk mencari kerja di bidang perbukuan.

Tekad kuatnya itu membawa ia merantau ke Batavia pada 1919.

Di Batavia, ia berkesempatan mengikuti kursus bahasa Belanda sore di Meester Cornelis (Jatinegara).

Sambil bekerja di toko buku di sekitar Jatinegara, Aman melanjutkan kursus bahasa Belanda sampai lulus ujian pegawai rendah.

Pada 1920, ia diajak bergabung ke Balai Pustaka.

Aman bekerja sebagai korektor di bagian Maleische Redactuur (Redaksi Bahasa Melayu) mendampingi Nur Sutan Iskandar.

Bagai pulang kampung, di Balai Pustaka Aman dapat berkumpul bersama kawan-kawan asal Sumatera Barat.

Iman menilai di Balai Pustaka Aman dapat mengembangkan diri menjadi seorang penulis

"Kita lihat penulis-penulis saat itu dari Balai Pustaka itu kan Sutan Iskandar, Abdul Moeis Sutan Takdir, Hamka semua kan orang Sumatera," ucap Iman.

Iman menjelaskan kisah Si Doel yang ditulis oleh Aman pertama kali tahun 1932 adalah menceritakan sosok pemeran utama yakni Abdul Hamid.

Aman mengamati sendiri kehidupan tetangganya itu selama tiga tahun sebelum kisah tersebut diangkat menjadi novel.

"Si Doel itu Abdul Hamid yang memang dilihat dari tetangganya Aman di Jatinegara tiga tahun ketika itu dia mengamati sendiri kehidupannya," ujar Iman.

Dalam novel tersebut, Doel hidup bersama nyak (ibu) dan babe (bapak). Bapaknya bekerja sebagai supir bus kota. Kehidupan Doel berubah setelah bapaknya meninggal dunia karena kecelakaan.

Untuk membantu ibunya, Doel bekerja dengan berjualan.

Setelah itu, sutradara Sjuman Djaja mengangkat kisah novel karya Aman Datuk itu dalam film dengan judul yang sama, "Si Doel Anak Betawi" pada 1972.

Iman menilai setelah film tersebut, karya film yang mengangkat dari karya sama diterjemahkan secara bebas.

Sampai pada akhirnya oada 1994, diadopsi bebas menjadi sinetron dengan judul Si Doel Anak Sekolahan yang disutradarai Rano Karno dan tayang di stasiun televisi swasta.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini