Laporan Wartawan Tribunnews.com, Bayu Indra Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pahit manis dua tahun kuliah di Columbia Unversity, New York Amerika Serikat dialami Tasya Kamila. Kendala terberatnya adalah ketika ayahnya meninggal dunia.
Tepatnya 2017 saat sang ayah meninggal Tasya Kamila tak bisa pulang ke Indonesia.
Mendiang ayahnya itu meninggal karena serangan jantung.
"Namanya kuliah di luar negeri harus siap merasakan plus minusnya. Termasuk saat aku kuliah di luar terus papah aku meninggal dan aku nggak bisa pulang," ujar Tasya Kamila dalam seminar online, Kamis (28/5/2020).
Bagi Tasya yang saat itu tengah menempuh pendidikan di luar negeri, kabar duka tersebut menjadi kendala terberat yang ia rasakan.
"Aku nggak bisa hadir ke Indonesia untuk hadirin ke pemakaman papah aku, itu sih tantangan terberat aku. Sisanya sih bisa diatasin yaaa," lanjutnya.
Baca: Tasya Kamila Rasakan Mahalnya Biaya Hidup Kuliah di Amerika, Makan di Kaki Lima Keluarkan 5 Dolar
Baca: Nikita Mirzani Bangga Anak-Anaknya Mengerti Agama Tanpa Dipaksa, Si Sulung Sudah Lulus Pesantren
Dalam seminar tersebut, Tasya menjelaskan kepada pelajar muda yang merupakan peserta seminar untuk siap menghadapi segala kendala ketika sudah memilih untuk berkuliah di luar negeri.
Meski begitu, Tasya memastikan pengalaman merantau ke luar negeri atau luar kota sekalipun. Akan memberikan pengalaman yang sangat berharga.
"Pastinya yang namanya merantau, entah itu buat kerja atau belajar pasti ada suka dukanya," tutur Tasya.
"Kita dapat pelajaran di sana gimana pengalaman hidup di luar gimana kita bisa lebih kompetitif di sana. Dan biaya hidup di sana pasti lebih mahal juga," ucapnya.
Dua tahun menempuh pendidikan S2 di Columbia University. Tasya kini mendapat gelar Master of Public Administration.
Keputusannya untuk berkuliah di luar negeri, khususnya Amerika Seritak. Karena ia tak ingin jenjang pendidikannya berhenti di S1, Tasya ingin minimal jenjang pendidikannya adalah S2.