TRIBUNNEWS.COM - Menggali Mitos jadi tema episode ke-5 Jakarta Horor Screen Festival yang digagas Kumpulan Jurnalis Sinema Indonesia.
Sebagai nara sumber di antaranya Muhammad Bagiono (produser/spiritualis), Alda Augustine, Jelita Callebaut, dan Monique Sekar.
Di Indonesia sendiri, mitos mengenai hantu, mistik atau sesuatu yang gaib, merupakan hal lumrah dan tetap di bertahan di tengah masyarakat.
“Ada nih contoh, ‘kalau maghrib jangan keluyuran, banyak setan berkeliaran,” kata Muhammad Bagiono, di sebuah kedai kopi di kawasan Jakarta Timur, belum lama ini.
Padahal, menurut dia, setan itu berkeliaran tak kenal waktu.
"Kenapa kita saat kecil sering di beritahu jangan keliaran saat magrib, ya karena hari sudah mulai gelap, penglihatan berkurang kalau gelap kan?" lanjutnya.
Baca: Penampakan Rumah yang Ditinggal Selama 100 Tahun, dari Luar Terlihat Horor, Dalamnya Buat Terpesona
"Ada lagi, jangan duduk depan pintu katanya ‘pamali’, alias enggak baiklah. Faktanya pintu itu tempat orang lewat keluar masuk, jadi kalau kita duduk depan pintu yah orang mau masuk jadi terhalang,” katanya menambahkan.
Kendati demikian, menurut Bagiono, masih ada mitos mengenai hal gaib yang diyakini sebagian masyarakat. Ia bertahan melalui dongeng pengantar tidur.
Sementatara, bagi Alda Augustine, mitos hanyalah warisan sejarah zaman nenek moyang.
"Hari gini masih saja percaya mitos, kapan majunya kita,” kata dia.
Baca: Siswi SMP Bunuh Bocah Disebut Karena Ini Selain Film Horor, Panglima Langit: Pikirannya Terbelenggu
Setali tiga uang dengan Jelita Callebaut. Mitos, baginya, warisan yang temurun menjadi tradisi sebagian masyarakat.
”Makanya sekarang ini juga banyak film horor Indonesia yang mengadaptasi mitos kita. Di kemas menjadi film horor misteri dengan treatment jumpscare, ” jelasnya.
”Kalau soal setan atau hantu, ya aku percaya mereka ada di sekeliling kita. Tapi jujur aku paling penakut dengan namanya hantu atau setan, tidur ajah masih di temanin,” lanjutnya.
Sementara model dan pesinetron Monique Sekar berpendapat mitos sebagai sesuatu yang absurd.