TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Film Tilik beberapa hair terakhir menarik perhatian publik. Karakter Bu Tejo yang tampil di YouTube Ravacana Film pun viral.
Ternyata sebelum viral film pendek asal Yogyakarta ini sempat dipingit.
Tribunjogja.com mendapat kesempatan untuk berbincang via pesan singkat dengan sutradara Wahyu Agung Prasetyo dan produser Elena Rosmeisara.
Kepada Tribunjogja.com, Elena mengatakan dirinya merasa gemetar karena ’Tilik’ sedang dibicarakan banyak orang.
“Jadi setelah dipingit selama dua tahun untuk distribusi ke festival, kami merasa bahwa film ‘Tilik’ harus menjangkau seluas-luasnya penonton,” ujar Produser ‘Tilik’, Elena Rosmeisara dalam wawancara eksklusif dengan Tribunjogja.com, Rabu (19/8/2020).
Dari alasan tersebut, Elena dan tim kemudian merilis ‘Tilik’ di YouTube dan hingga kini sudah ditonton ratusan ribu orang.
Baca: Film Tilik Dipuji, Bu Tejo Idamkan Main Film Garapan Joko Anwar
Baca: Ozie Sebenarnya Bukan Pilihan Utama, Ada Sosok Lain yang Seharusnya Perankan Bu Tejo
“Isu yang kami bawa sepertinya memang dibutuhkan untuk edukasi masyarakat Indonesia. Apalagi di kalangan ibu-ibu yang sangat sensitif dengan kabar hoax tanpa kroscek ulang,” tambahnya.
Film Tilik menarik setelah karakter Bu Tejo yang diperankan Siti Fauziah Saekhoni itu dianggap mewakili karakter oknum ibu-ibu di desa yang senang bergosip.
Bersama dengan gerombolan ibu-ibu yang lain, Bu Tejo membicarakan soal Dian, seorang kembang desa.
Karena paras wajahnya, tidak sedikit lelaki yang mendekatinya hingga datang melamarnya. Oleh sebab itu, warga desa bergunjing tentang status lajang Dian.
Baca: Tiga Hari Bu Tejo Tayang di YouTube, Film Tilik Tembus 2 Juta Penonton
Baca: Mengapa Sosok Bu Tejo Terlihat Sangat Nyinyir? Produser Film Tilik Jelaskan Alasannya
Ide Sejak 2016
Ditambahkan Elena, ide untuk membuat film ‘Tilik’ ini sebenarnya sudah ada sejak 2016. Namun, tim baru bisa mengeksekusi di tahun 2018.
“Ini sebenarnya ide dari penulis naskah, mas Bagas Sumartono. Jadi, dia melihat fenomena tilik atau menjenguk dengan menggunakan truk yang ada di Yogyakarta, sepertinya bagus jika diangkat menjadi film. Saat itu, truk masih boleh mengangkut orang,” terang Elena.
Dari fenomena tersebut, tim kemudian memiliki ide untuk membuat film berkaitan dengan jenguk-menjenguk menggunakan truk itu.
“Tapi waktu itu, kami masih merasa kayaknya ide ini terlalu mahal untuk direalisasikan. Kami filmmkaer masih belajar, masih merasa skillnya belum sejauh itu bahkan untuk syuting proper saja masih sulit,” ucapnya.