Namun kemudian diminta untuk melaporkan resmi ke pengaduan online KPAI.
"Saat ini kasus masih diproses oleh analis pengaduan dan asisten bidang siber. KPAI belum membicarakan
kasus ini juga dalam rapat pleno Komisioner. Rapat pleno Komisioner, biasanya setiap
hari Senin," ujarnya.
Pendapat Pakar Bahasa
Terkait kontroversi penggunaan kata 'anjay', Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Endang Aminudin Aziz mengatakan dalam ilmu linguistik penggunaan kata harus dilihat dalam berbagai aspek yakni morfologis, semantik, dan pragmatik.
"Secara morfologis dilihat kata 'anjay' turunan dari kata apa? Apakah dia turunan dari kata 'anjing' atau yang lain? Mengapa turunannya berubah jadi 'anjay'? Karena dulu mungkin 10 tahun yang lalu keluar kata yang mirip-mirip dengan itu. Misal anjrit, anjir sama kata itu juga dipakai sebagai kata gaul," ujar Endang kepada Tribunnews.com,
Minggu (30/8/2020).
Sementara yang kedua adalah makna semantik yakni makna yang sesuai dengan maknanya itu sendiri. Dalam makna semantik, kata tidak dikaitkan dengan konteks apa.
"Misalnya kalau kita katakan kata 'anjing'. Anjing ya adalah binatang berkaki empat, suka menggonggong lidahnya menjulur, misalnya itu," tutur Endang.
Sementara makna lainnya adalah makna pragmatik. Endang mengatakan dalam makna pragmatik, kata dilihat sesuai konteks penggunaannya.
Ia menjelaskan makna pragmatik ini harus dimaknai sebagai makna ketika dalam situasi tertentu, dalam kapasitas
tertentu, bicara dalam waktu tertentu, kepada orang tertentu.
Endang menyontohkan kata 'anjing' dilihat secara pragmatik dapat berupa ungkapan kekesalan bisa jadi umpatan.
"Tapi kata umpatan ini harus dilihat kepada siapa orang ini berbicara. Kalau misalnya orang sesama teman dekat. Sudah sangat dekat maka ungkapan 'anjing' tidak menjadi umpatan," ungkap pakar bahasa bidang pragmatik ini.
Terkait dengan penggunaan kata anjay, Endang menilai sebaiknya kata ini dilihat terlebih dulu konteks penggunaannya. Menurutnya kata 'anjay' dapat digunakan sebagai bentuk kekaguman sehingga tidak dapat bermakna umpatan.
"Wajib dilihat konteksnya, karena kata itu baru bermakna sesuai dengan yang dimaksudkan apabila kita tahu
konteksnya seperti apa," jelas Endang.
Sementara untuk penggunaan kata ini pada anak-anak, Endang mengatakan anak-anak menggunakan kata 'anjay' karena meniru orang dewasa.
Menurutnya, anak-anak tidak mengerti dengan asal kata 'anjay'.
Meski begitu, Endang menilai sebaiknya anak-anak tidak menggunakan kata 'anjay' karena berasal dari kata 'anjing'.
"Hanya memang dari sisi kebijakan berbahasa ya kata itu memang kayanya tidak layak digunakan secara masif gitu oleh anak-anak. Apalagi yang belum mengerti. Apalagi kata 'anjay' berasal dari kata 'anjing'," kata Endang.
(tribun network/fah/dod)