TRIBUNNEWS.COM - Tak kenal maka tak sayang, tampaknya ungkapan ini cocok untuk situasi haters BTS yang kini mengidolakan RM dan kawan-kawan.
Banyak orang mengidolakan dan mengelu-elukan BTS.
Namun ternyata, penggemar loyal BTS justru datang dari para haters yang berubah pikiran.
Dikutip Tribunnews dari Koreaboo, di Reddit, seorang pengguna bernama Ideasforgoodusername, meminta mantan haters BTS untuk berbagi kisahnya.
Baca juga: Jimin BTS Berduka, Kasus Kekerasan Anak hingga Sebabkan Korban Meninggal Dunia Curi Perhatiannya
Baca juga: Jungkook BTS Beli Rumah Rp 97,5 Miliar di Kawasan Mewah Tempat Tinggal Pejabat Diplomat
1. Dari haters generasi kedua, kini jadi penggemar generasi ketiga
Pengguna fleurhiver mengaku awalnya tak ingin berurusan dengan BTS karena memiliki pengalaman buruk saat mengidolakan grup K-Pop generasi ekdua.
"Aku tidak memiliki perasaan negatif pada BTS secara khusus, tapi untuk K-Pop secara umum.
Karena aku sebelumnya mengenal beberapa grup generasi kedua dan aku pikir musiknya cukup buruk.
Jadi saat aku pertama kali tahu BTS, aku berasumsi itu adalah grup yang bermusik buruk juga dan mengabaikan mereka," kisahnya.
Namun, semua berubah saat BTS mengunjungi negara fleurhiver tinggal untuk menggelar konser Love Yourself.
Saat mendengar fanchant lagu Fake Love, fleurhiver penasaran dan mencoba mendengarkannya.
"Saat mereka datang ke negaraku untuk konser, berita memuat soal antrean padat di luar arena dan menunjukkan ARMY melakukan fanchant Fake Love.
Hal itu membuatku penasaran. Aku kemudian mencarinya di Spotify dan menyukainya.
Setelah itu aku mulai mendengarkan playlist This is BTS. Lalu, suatu hari aku memutuskan ingin belajar nama-nama mereka," tuturnya.
Baca juga: 45 Fakta V BTS yang Berulang Tahun ke-25, Suka Musik Klasik hingga Punya Kemampuan Spesial
Baca juga: Dalam Rangka Hari Ibu, Simak Momen BTS Bersama Ibu Mereka, Siapa Paling Mirip?
2. Konflik multi-stan
Menjadi penggemar beberapa grup K-Pop bisa menjadi tantangan.
BTS menguji kesetiaan satu penggemar yang juga mengidolakan grup lain.
Pengguna bernama ExiledIn, mengaku sebelumnya suka pada grup lain.
"Dulu aku menyukai grup lain pada 2015/2016 dan aku rasa masih memiliki pola pikir untuk hanya menyukai satu boygroup.
Ditambah saat itu ada begitu banyak kebencian terhadap BTS di setiap fandom.
Namun, BTS semakin sulit diabaikan, akupun melihat Blood, Sweat, and Tears, kemudian berpikir, 'Oh tidak terima kasih'," bebernya.
Namun, ia kemudian jatuh cinta pada pandangan pertama dengan J-Hope BTS saat melihat MV Blood, Sweat, and Tears,
"Dan itulah momen dimana aku terus berpikir dan mencari tahu tentangnya.
'Aku ingin tahu namanya', dan sejujurnya aku tidak bisa memberi tahu apa yang terjadi setelahnya.
Baca juga: Bongkar Kebiasaan BTS Dulu dan Kini, Produser Big Hit Sebut Tak Ada yang Berubah sejak Debut
Baca juga: 10 Album K-Pop Terbaik 2020 Versi TIME, BTS, Stray Kids, hingga Day6
Tapi, empat tahun sudah berlalu dan aku sampai sekarang masih mendukung J-Hope," katanya.
3. Berawal dari salah paham
NationAnalyst mengira lagu Idol merupakan lagu debut BTS.
Karena Idol sangat populer sesaat setelah rilis, BTS menjadi ramai diperbincangkan.
Ia pun mengira RM dan kawan-kawan ini meraih popularitas secara instan.
"Aku pertama kali mendengar BTS saat Idol rilis. Aku pikir saat itu Idol adalah lagu debut mereka dan bagiku mereka populer secara instan.
Di kepalaku seperti, 'Kenapa? Bagaimana dengan grup yang sudah lama debut tapi tak kunjung terkenal?'
Itu sungguh saat naif," ujarnya.
Saat itu, NationAnalyst menilai BTS terlalu dipuja.
Tapi, lagu solo Suga (Agust D), Daechwita, berhasil membawanya menuju 'masa lalu' BTS sebelum Idol.
Baca juga: Borong Daesang di MAMA 2020, RM BTS Justru Ungkap Perlakuan Mnet di Masa Lalu
Baca juga: Foto SD Suga BTS Beredar, Berawal dari Perbincangan Warganet yang Mengaku Teman Masa Kecilnya
"Kemudian Agust D comeback dengan Daechwita dan aku mendengarkannya karena aku suka. Aku tahu dia member BTS.
YouTube pun melanjutkan ke rekomendasi lagu lainnya, yaitu Fake love. Mulai saat itu, lagu tersebut terus berputar di kepalaku.
Sekarang aku mendengarkan mereka setiap hari!" kisahnya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)