Hasil dari penjualan dus-dus itu, ia jadikan modal untuk menyuplai alat tulis kantor (ATK) ke koperasi sekolahnya.
“Sejak kecil ayah mengajarkan disiplin, bagaimana bertahan hidup,” ungkap suami Sonya Fatmala ini menjelaskan. Jadi artis Lulus SMA, keinginannya untuk kuliah besar.
Apalagi ada keinginan dirinya untuk menjadi duta besar. Ia pun hijrah dari Blitar ke Jakarta dengan menggunakan tabungan hasil penjualan kardus yang dikumpulkan sejak SMP. Di Jakarta, Hengky mengambil kuliah jurusan politik. Ia pun bertahan hidup dengan menjadi cady golf, sopir, numpang makan sana-sini.
Sebab di Jakarta ia tidak memiliki saudara. Hingga suatu hari pada tahun 2002, ia mengantarkan pacarnya yang merupakan seorang model untuk casting.
Ternyata ia pun diminta untuk sekalian ikutan casting. Hingga akhirnya di salah satu production house (PH) ia keterima jadi bintang iklan kemudian merambah ke sinetron di Multivision Plus.
Lewat perannya sebagai Ardi dalam film “Buruan Cium Gue” tahun 2004, nama Hengky pun melejit. Setelah 10 tahun di dunia entertainment, ia pun mulai membuat PH patungan dengan sejumlah artis seperti Angel Karamoy, Raffi Ahmad, Lucky Hakim, dan Irwansyah.
Mereka memproduksi FTV untuk sejumlah TV. Ke dunia politik Persinggungan Hengky dengan politik sudah berlangsung lama.
Berawal dari sang ayah yang aktif berpolitik dan kerap menjadikan rumahnya tempat berkumpul anggota partai dan berkegiatan.
Dari pemandangan itu, Hengky tertarik dengan dunia politik, belajar tentang politik, memutuskan kuliah di jurusan politik, dan lebih suka nonton berita ketimbang sinetron, meskipun ia artis sinetron.
Kerinduannya akan politik muncul kembali setelah 11 tahun aktif di dunia entertainment. Ia yang mengidolakan Amien Rais sejak reformasi digaungkan 1998 lalu itu mendatangi sekretariat PAN di Warung Buncit.
“Rumah saya di Pasar Minggu, Jakarta, dekat dengan Sekretariat PAN. Saya datang ke sana dan mendaftar untuk belajar. Bukan dipinang partai,” ucapnya.
Ia pun mencoba peruntungan menjadi caleg DPR RI namun gagal. Kemudian ikut tiga kali Pilkada di Blitar, Kediri, dan Bekasi, tapi mundur meskipun elektabilitas tinggi.
“Mundur karena maharnya tinggi, bisa Rp 3 miliar- Rp 5 miliar ke partai politik. Itu belum biaya kampanye. Bagi saya uang segitu mending dipakai usaha,” tuturnya.
Hingga akhirnya ada kesempatan di Pilkada Bandung Barat untuk posisi wakil bupati dan tanpa mahar. Hingga akhirnya ia memenangkan Pilkada Bandung Barat mewakili Partai Demokrat.
Pada September 2018 ia mendampingi Bupati Aa Umbara dilantik sebagai bupati dan wakil bupati Bandung Barat periode 2018-2023. (Tribunnews.com/Kompas.com)