Kedatangan penonton film nasional di masa pandemi ke bioskop, lanjutnya, tetap harus memprioritaskan film nasional sebagai goal-nya.
"Kalaupun film asing tetap diputar, jangan korbankan layar untuk film nasional atas nama apapun," tegas Christine Hakim.
Erros Djarot mengimbau pihak bioskop, dalam hal ini Cinema XXI/ 21, ikut berpartisipasi membangkitkan film Indonesia.
"Jangan film asing mendapatkan empat layar, sementara film nasional malah tidak disambut," kata Erros Djarot.
Menurut Sandiaga Uno, karya inspiratif seperti film Tjoet Nja Dhien patut mendapatkan sambutan dan dukungan keberpihakan dari jaringan bioskop untuk film nasional.
"Apalagi film Tjoet Nja Dhien ini dalam pembuatannya melibatkan lebih dari 1500 kru. Film ini mengalami persoalan keuangan. Banyak kru tidak dibayar waktu itu," katanya.
"Tapi hasilnya (menjadi) film epik dengan meraih delapan Piala Citra dengan segala keterbatasannya," ujar Sandiaga Uno.
Selaras dengan gerakan kembali ke bioskop yang dicanangkan pemerintah, Sandiaga Uno meminta pemilik usaha bioskop memberi keberpihakan ke peredaran film nasional.
"Puluhan ribu orang bergantung pada industri film nasional. Keperpihakan pemerintah harus sejalan dengan semangat kemajuan industri film Indonesia," kata Sandiaga Uno.
Dukungan Program Ekonomi Nasional (PEN) Sektor Kemenparekraf mewujud dalam tiga bentuk.
Yaitu kampanye film Indonesia, mendorong jumlah penonton, dan produksi film yang akan dipilih pembiayaannya oleh Dewan Film dan Kurator.
"Untuk kampanye menonton film Indonesia dengan cara bay one get one free," katanya.
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Christine Hakim dan Erros Djarot Kecewa, Film Tjoet Nja Dhien Diturunkan Pengelola Bioskop, Ada Apa?