Baca tanpa iklan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Bayu Indra Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Euforia bioskop yang kembali dibuka di Indonesia akan semakin terasa dengan hadirnya film Marvel Studios terbaru yakni Shang-Chi and The Legend of The Ten Rings.
Film Shang-Chi tayang serentak hari ini di bioskop Indonesia.
Tribunnews.com berkesempatan untuk ikut premiere film tersebut sehari sebelumnya.
Ulasan ini akan membahas pengalaman menonton Shang-Chi tanpa membocorkan adegan dan memberikan spoiler.
Kesan pertama ketika menyaksikan Shang-Chi and The Legend of The Ten Rings adalah seperti bukan menonton film Marvel.
Baca juga: Edgar Xavier Marvelo: Target Yang Dibebankan ke Atlet Sudah Diperhitungkan Secara Matang
Baca juga: Anak Bawah 12 Tahun Boleh Masuk Mal & Bioskop Dibuka, Ini Aturan Lengkap PPKM Jawa-Bali Level 3 - 2
Nampaknya jarang sekali ada film Marvel yang tayang di layar lebar menampilkan full action dalam konteks martial arts. Karena selama ini pertarungan Marvel didominasi baku tembak atau adu kekuatan super.
Sepanjang menyaksikan film ini, rasanya seperti melihat film kolosal Chinese yang dibuat lebih modern.
Pertarungan Shang-Chi dalam setiap scene action terlihat sangat nyaman disaksikan, terutama ketika pertarungannya dengan sang ayah.
Hal yang terkesan 'Chinese film banget' adalah ketika pertemuan ayah dan ibu Shang-Chi.
Film ini memang mengangkat konflik yang sederhana namun berkembang menjadi masalah semesta.
Ten Rings yang digunakan ayah Shang-Chi, Wen Wu atau dalam cerita Marvel dikenal dengan 'The Mandarin', bisa disebut sebagai penuntun dalam cerita kali ini.
Sebagian besar konflik dalam film Shang Chi termasuk pada masalah utama disebabkan oleh kesepuluh cincin yang bentuknya justru seperti gelang melingkar di tangan kanan dan kiri.
Dari cerita, film ini cukup fresh jika para pecinta Marvel sudah lelah dengan musuh alien atau penjahat yang berasal dari percobaan gagal.
Aksi laga yang ditampilkan Simu Liu (Shang-Chi) serta Meng'er Zhang (Xialing) adiknya sangat 'sopan' di mata.
Kolaborasi Marvel dengan Disney sangat terasa dalam beberapa scene yang melibatkan hewan-hewan animasi.
Dalam beberapa saat menonton film Shang-Chi tak terasa bahwa film itu adalah bagian dari Marvel Cinematic Universe.
Hanya saja alur maju mundur yang diterapkan dalam film tersebut agak sedikit membuat bosan. Terlalu banyak masa lalu yang terkesan harus diceritakan.
Tak seperti film Marvel sebelum-sebelumnya yang memunculkan karakter Marvel lain. Dalam film Shang-Chi hanya menghadirkan Wong dari film Doctor Strange dan Trevor Slaterry.
Meski diisi oleh aktor Asia, film ini tak terasa jomplang jika dibandingkan dengan film Marvel lainnya.
Bisa dibilang, Shang-Chi ini memiliki daya tarik dan keindahan tersendiri yang tak ada di film Marvel lainnya.
Jika diberi kesempatan oleh para pecinta film di Indonesia, Shang-Chi nampaknya akan memberikan kejutan yang jauh di luar ekspetasi.
Rasanya ini film yang cocok untuk merayakan kembali dibukanya bioskop Indonesia selama masa PPKM ini.
Jangan sampai lupa ada dua post credit dalam film tersebut jadi pastikan duduk yang manis hingga credit tittle selesai.