Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak sedikit orang yang memiliki kulit sensitif saat usianya memasuki masa remaja hingga dewasa, kondisi ini bisa disebabkan berbagai faktor seperti keturunan (genetik) hingga geografis.
Lalu apakah cara kelahiran seseorang dapat mempengeruhi sensitivitas kulit saat usianya beranjak remaja hingga dewasa?
Perlu diketahui, setiap orang kali pertama terekspos mikroorganisme saat baru dilahirkan.
Baca juga: Perhatikan! Simak Urutan Body Care Rutin untuk Merawat Kulit Tubuh
Baca juga: Nathalie Holscher Bingung Bakal Lahiran Normal atau Caesar, Sule Ungkap Penyebabnya
Nah, materi genetik semua mikroba yakni mikroorganisme atau mikrobiota yang hidup dalam tubuh manusia ini disebut sebagai 'microbiome'.
Dikutip dari Jurnal ADC Education & Practice, microbiome yang ada dalam tubuh bayi tidak hanya ditentukan berdasar pada usia kehamilan sang ibu saja, baik itu prematur maupun cukup bulan.
Namun juga cara persalinannya yakni pervaginam (normal) atau Seksio Sesarea (sc), Air Susu Ibu (ASI) atau susu formula, status gizi ibu hingga penggunaan obat seperti antibiotik saat melahirkan.
Menariknya, setiap manusia memiliki jaringan mikrobiota unik yang awalnya ditentukan DNA.
Sebenarnya ada lebih dari 100 triliun mikroorganisme yang berada dalam tubuh manusia, seperti bakteri, jamur, protozoa, virus hingga parasit.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, Dr. dr. Windy Keumala Budianti, Sp.KK(K)., FINSDV., pun mengatakan bahwa komposisi microbiome yang ada pada tubuh bayi yang dilahirkan secara pervaginam berbeda dengan sesar.
"Jadi memang ada perbedaan dari komposisi microbiome pada saat kita dilahirkan berdasarkan cara dilahirkan. Jadi memang dikatakan (lahir pervaginam) karena ada ekspos dari vagina, itu membuat keragaman dari microbiome-nya lebih besar dibandingkan yang lahir lewat sesar," ujar Dr. Windy, dalam webinar bertajuk 'Skin Microbiome for Sensitive Skin', Minggu (24/10/2021).
Hal itu karena bayi yang dikeluarkan dari perut ibunya melalui operasi sesar tidak memiliki keragaman microbiome sebanyak bayi yang lahir secara pervaginam, karena bayi tidak terekspos vagina.
"Karena jalannya pas dikeluarkan hanya perut ibunya ya biasanya yang kontak pertama, jadi kondisi atau keragaman microbiome-nya tentunya sangat berbeda," kata Dr. Windy.
Kendati demikian, ada pula faktor lainnya yang mempengaruhi keragaman microbiome ini, selain proses persalinan.
"Nah sebenarnya banyak faktor ya yang mempengaruhi selanjutnya, bagaimana keragamannya," jelas Dr. Windy.
Namun ia menjelaskan ada studi yang menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan melalui operasi sesar tidak memiliki ragam microbiome yang lebih banyak dibandingkan yang lahir secara pervaginam.
Sehingga ini berpengaruh pada sistem imunnya, karena jika ragam microbiome yang diperoleh lebih sedikit, maka jumlah tersebut tidak terlalu besar melapisi sistem imun sang bayi.
"Hanya memang ada penelitian yang mengatakan bahwa anak-anak yang dilahirkan sesar, karena microbiome-nya lebih sedikit keragamannya, sehingga dia tidak begitu melapisi sistem imunnya, tidak sebaik dengan bayi yang dilahirkan pervaginam," papar Dr. Windy.
Sementara saat bayi lahir melalui pervaginam, tentu akan ada ekspos dari vagina sang ibu dan ini yang akan mempengaruhi sistem imun bayinya yang akan siap menghadapi berbagai patogen yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi namun telah terkontaminasi.
"Karena begitu ada ekspos, itu immunitynya kan langsung kerja, sehingga 'tentara imunnya' juga sudah siap dengan patogen lainnya, berbeda dengan yang dilahirkan melalui sesar," tutur Dr. Windy.
Kendati demikian, kata dia, masih diperlukan studi lanjutan terkait temuan ini lantaran ada berbagai faktor lainnya yang turut mempengaruhi imunitss serta kondisi kulit anak saat tumbuh remaja hingga dewasa, baik faktor intrinsik maupun ekstrinsik.
Mulai dari letak geografis, obat-obatan yang dikonsumsi ibunya selama proses melahirkan, cara persalinan, hingga lancar atau tidaknya proses kelahiran bayi tersebut.
"Tapi kalau menurut saya, perlu penelitian lebih lanjut, karena kita tahu faktor intrinsik dan ekstrinsiknya juga banyak sekali ya, baik dari geografiknya, belum lagi dari obat-obatan antibiotik yang diterima pada saat persalinan, ada gangguan pada saat kelahiran, itu juga pasti sangat mempengaruhi," tegas Dr. Windy.
Sehingga faktor cara persalinan tidak menjadi alasan satu-satunya yang memicu bayi memiliki kulit sensitif pada saat remaja hingga dewasa.
Di sisi lain, faktor genetik pun disebut turut mempengaruhi kondisi kulit tersebut.
"Jadi nggak bisa dibilang kalau memang dia lahir sesar apakah akan lebih sensitif atau tidak, karena faktor genetiknya juga ada yang mempengaruhi," pungkas Dr. Windy.
Microbiome sebenarnya memiliki fungsi yang sangat banyak untuk tubuh, mulai dari mengatur sistem imun, melindungi tubuh dari patogen yang bisa masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi, kemudian mencerna makanan dan memecah senyawa makanan yang memiliki potensi menimbulkan racun, lalu menghasilkan asam amino dan vitamin.
Tanpa microbiome, tubuh tidak akan bisa berfungsi secara benar.