TRIBUNNEWS.COM - Aktris senior Rima Melati meningal dunia di usia 84 tahun.
Ia menghembuskan napasnya usai jalani perawatan di RSPAD Jakarta Pusat, Kamis (23/6/2022).
Belum ada keterangan dari pihak keluarga mengenai sebab Rima Melati meninggal dunia.
Namun, semasa hidup, Rima pernah didiagnosis mengidap kanker payudara stadium 3B.
Pada tahun 1989, tak lama setelah syuting Sesaat dalam Pelukan, Rima didiagnosis dengan kanker payudara Stadium 3B. Kala itu usianya 45 tahun.
Baca juga: Kabar Duka, Artis Senior Rima Melati Meninggal Dunia
Operasi pengangkatan payudara sebelah kiri jadi jalan satu-satunya yang harus ditempuh.
Tapi itu urung dilakukan, karena mendapat kabar soal penyembuhan kanker payudara di Belanda tanpa pengangkatan.
Bersama suaminya, almarhum Frans Tumbuan, Rima Melati pergi ke Belanda untuk menjalani pengobatan itu. Beruntung, Rima Melati dinyatakan sembuh dari penyakit mematikan itu.
Hingga kini, penyebab pasti kanker payudara masih belum diketahui. Apalagi pada zaman Rima Melati dulu, informasi tentang kanker payudara pun masih belum sebanyak sekarang.
Tapi, Rima yakin, pola hidup tidak sehatlah yang membuat dirinya harus menderita penyakit ini. Pasalnya, pada waktu itu, Rima mengaku menjadi pencandu rokok.
Setiap hari, berbungkus-bungkus rokok habis dibakarnya. Pola makan dan kebiasaan hidupnya pun terbilang tidak sehat.
Itu sebabnya, Rima mengaku berhenti merokok sejak saat itu dan menjalani pola hidup yang jauh lebih sehat kini.
Rima selalu berpesan pada setiap kesempatan, sembuh dari kanker bukan berarti kita sepenuhnya terbebas dari penyakit kronis satu ini. Pasalnya, kanker berpotensi timbul kembali.
Kini Rima Melati telah berpulang. Kepergiannya membawa duka mendalam bagi insan film Indonesia. Kiprahnya di bidang seni peran begitu luar biasa.
Sepanjang hidupnya ia telah membintangi 100 judul film.
Ia juga pernah menerima penghargaan untuk kategori Aktris Terbaik Piala Citra di Festival Film Indonesia untuk perannya dalam drama keluarga Intan Berduri (1972).
Profil Rima Melati
Berikut profil Rima Melati seperti dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber.
Rima Melati memiliki nama asli Maryolien Tambayong atau Lientje Tambajong. Ia lahir di Tondano, Sulawesi Utara, pada 22 Agustus 1939.
Di dunia hiburan, wanita blasteran Belanda-Minahasa itu, dikenal multitalenta. Bukan hanya piawai berakting, ia juga seorang penyanyi dan model.
Terkenal karena peran pendukung dan karakternya yang khas, ia berakting di banyak film, termasuk peran utama, dari awal dekade 1970-an hingga awal 1980-an.
Karya aktingnya terkenal dalam drama-drama romantis seperti Kupu-Kupu Putih (1983), Tinggal Landas Buat Kekasih (1984) dan Pondok Cinta (1985).
Disegani karena kecakapan akting dan keserbagunaannya, ia dianggap oleh khalayak sebagai salah satu aktris Indonesia terbesar sepanjang masa.
Selama lebih dari enam dekade kariernya, ia telah menerima berbagai penghargaan, dinominasikan enam kali untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia.
Lima diantaranya sebagai Aktris Pendukung Terbaik, menjadikannya salah satu aktris dengan perolehan nominasi terbanyak dari aktris lain dalam kategori tersebut.
Ia memenangkan satu-satunya nominasi Aktris Terbaik Piala Citra di Festival Film Indonesia untuk perannya dalam drama keluarga Intan Berduri (1972).
Meski usianya tak lagi muda, Rima tetap menunjukkan eksistensinya sebagai aktor. Ia tercatat membintangi Banyu Biru (2004) dan Ungu Violet (2005).
Menikah dengan Frans Tumbuan
Rima menikah dengan aktor Frans Tumbuan pada 3 Desember 1973.
Frans dan Rima ternyata sudah dijodohkan sejak berusia masih satu tahun. Dari pernikahan keduanya Frans dan Rima memiliki tujuh orang anak.
Selama 42 tahun menjadi suami-istri, cinta mereka pun dipisahkan oleh maut yang menjemput Frans pada 23 Maret 2015
Nama pemberian Soekarno
Nama Rima Melati sebenarnya merupakan pemberian Presiden Soekarno untuk Lientje.
Sekitar awal 1960-an, Bung Karno suka mengganti nama orang yang dikenalnya, yang dirasa kebarat-baratan.
Bung Karno kemudian mengganti nama Lientje menjadi Rima.
Nama Rima sebenarnya akan diberikan Lientje kepada anak yang sedang dikandungnya.
Pada saat itu Marjolien yang sedang mengandung anak kedua, dan dia ingin memberi nama Rima kepada si anak jika perempuan.
Nama Rima diilhami tokoh Rima the Bad Girl dalam film Green Mansions (1959) yang diperani Audrey Hepburn.
Namun, janin dalam kandungannya meninggal sebelum dilahirkan.
Lientje yang terpukul, menceritakan peristiwa itu kepada Bung Karno, sekaligus mengutarakan keinginannya untuk mengambil alih nama Rima, dikombinasi dengan "Melati".
Pernah satu kelas dengan Presiden Abdurrahman Wahid semasa SD
Rima lahir di Tondano, Sulawesi Utara pada 22 Agustus 1937 dengan nama asli Marjolien Tambajong atau Lientje Tambajong.
Ibunya, Non Kawilarang adalah seorang perancang dan perintis dunia mode Indonesia
Ketika di bangku SD Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Rima pernah satu kelas dengan mantan Presiden Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid.
Karier
Rima sempat menjadi personel grup penyanyi wanita terkemuka pada 1960-an, Baby Dolls, yang terdiri atas Rima, Baby Huwae, Gaby Mambo, dan Indriati Iskak.
Rima memulai akting sebagai pemeran utama dalam film Kasih Tak Sampai pada tahun 1961.
Selama dua tahun berikutnya dia berakting dalam sepuluh film, termasuk Djantung Hati (1961), Violetta (1962), dan Kartika Aju (1963).[8] Dia juga tampil beberapa kali di stasiun televisi TVRI.
Setelah menyelesaikan perannya dalam film Kunanti Jawabmu (1963), Rima mengambil cuti dari dunia akting; Ensiklopedia Jakarta menghubungkan hal ini dengan dia yang telah menikah lagi.
Melati kembali ke layar perak pada tahun 1969, setelah menikah dengan Ir. Herwindo, dengan perannya dalam film Wim Umboh bertajuk Laki-Laki Tak Bernama.
Selama dua puluh tahun berikutnya ia muncul di lebih dari tujuh puluh film, termasuk debut sutradara Teguh Karya Wadjah Seorang Laki-Laki (1971), debut sutradara Sjumandjaja Lewat Tengah Malam (1971), dan film kolaborasi Indonesia–Belanda Max Havelaar (1975).
Prestasi
Rima pernah meraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia tahun 1973 kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam film Intan Berduri bersama Benyamin Sueb yang memperoleh penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film yang sama.
Pada kesempatan lain Rima pernah juga dinominasikan untuk penghargaan Pemeran Pembantu Wanita terbaik di beberapa Festival Film Indonesia yaitu dalam film Kupu-Kupu Putih (1984), Tinggal Landas buat Kekasih (1985), Pondok Cinta, (1986), Biarkan Bulan Itu (1987) dan Arini II (Biarkan Kereta Itu Lewat) (1989).
Selain itu Pada ajang Festival Film Asia Pasifik ke-50, Rima meraih penghargaan Best Supporting Actress dalam film Ungu Violet.
Rima juga sempat aktif berperan dalam sinetron seperti Wulan (RCTI), Kabut Sutera Ungu (Indosiar), Nyonya Nyonya Sosialita/Laba-Laba Cinta (Indosiar) dan Candy (RCTI).
Selain itu Rima juga dikenal sebagai sutradara televisi yang salah satu karyanya adalah Api Cinta Antonio Blanco.