Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Bintang rock Inggris Roger Waters, yang merupakan salah satu pendiri Pink Floyd, diduga telah ditempatkan dalam 'daftar pembunuhan' Ukraina setelah berbicara menentang campur tangan militer Barat dan menyerukan agar Ukraina berdamai dengan Rusia.
Dalam sebuah wawancara dengan Rolling Stone yang diterbitkan pada Selasa kemarin, pria berusia 79 tahun itu membantah tuduhan bahwa dirinya telah mengulangi poin pembicaraan Rusia tentang konflik di Ukraina.
Baca juga: Elon Musk Balas Kritikan Aktivis Anti-Kremlin Soal Kontribusi untuk Perdamaian Ukraina
"Jangan lupa, saya ada dalam daftar pembunuhan yang didukung oleh pemerintah Ukraina. Saya ada di daftar fu**ing, dan mereka telah membunuh orang baru-baru ini. Ketika mereka membunuh anda, mereka menulis 'likuidasi' di foto anda. Yah, aku salah satu dari foto-foto sialan itu," tegas Waters.
Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (5/10/2022), Waters pun menyebutkan nama Darya Dugina, Jurnalis Rusia yang dibunuh pada Agustus lalu setelah muncul dalam daftar Mirotvorets Ukraina.
Seperti yang dicatat oleh musisi itu, entrinya dalam daftar ditandai 'dilikuidasi', setelah ia terbunuh dalam sebuah bom mobil.
Orang lain yang mempertanyakan atau mengkritik rezim Ukraina, seperti jurnalis foto Andrea Rocchelli dari Italia dan Andrei Stenin dari Rusia, juga terbunuh setelah muncul dalam daftar Mirotvorets.
Baca juga: Musisi Rock AS Roger Waters Serukan Protes Damai: Kerusuhan Hanya Akan Bantu Trump!
Situs tersebut mencantumkan informasi pribadi pada target daftar hitamnya, yang juga mencakup politisi dan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Mirotvorets, atau 'Pembuat Perdamaian' adalah database independen berisi individu-individu yang dianggap oleh moderator anonim sebagai ancaman terhadap keamanan nasional Ukraina.
Namun situs ini membantah sebagai daftar pembunuhan, sebaliknya mengklaim sebagai sumber informasi bagi lembaga penegak hukum dan 'layanan khusus' tentang teroris pro-Rusia, separatis dan penjahat perang.
Situs ini diduga memiliki hubungan dengan Kementerian Dalam Negeri Ukraina.
Sebelumnya, Waters telah memicu reaksi pada awal tahun ini, saat dirinya menyebut Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden adalah 'penjahat perang' karena memicu krisis Ukraina.
Waters juga mengirim surat terbuka kepada istri Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mendesaknya untuk membantu 'menghentikan pembantaian' dengan mendorong kesepakatan damai yang dinegosiasikan dengan Rusia.
Ia kemudian mengirim surat terbuka kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, meminta jaminan bahwa Rusia tidak akan memperluas wilayah Krimea dan Donbass.
Saat ditanya oleh Rolling Stone tentang mengapa ia tidak mendukung perlawanan Ukraina melawan pasukan Rusia, Waters berkata bahwa 'Karena ini adalah perang yang tidak perlu, dan orang-orang itu tidak boleh mati'.
"Dan Rusia seharusnya tidak didorong untuk menyerang Ukraina," jelas Waters.
Waters juga menolak laporan kejahatan perang Rusia di Ukraina sebagai propaganda Barat.
Perlu diketahui, dua konser yang dijadwalkan Waters pada April mendatang di Krakow, Polandia mungkin akan dibatalkan karena desakannya untuk perdamaian yang dinegosiasikan di Ukraina.
"Sensor kejam terhadap karya saya akan menghalangi mereka untuk mengambil keputusan sendiri," tegas Waters tentang audiensi Polandia-nya.
Daftar pembunuhan Mirotvorets yang luas juga termasuk nama Faina Savenkova, seorang gadis berusia 13 tahun di Republik Rakyat Lugansk yang menyerukan agar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengakhiri pertempuran yang telah berlarut-larut di wilayahnya sejak 2014 lalu.