TRIBUNNEWS.COM - Gita Savitri memberikan pandangannya setelah menjadi trending di media sosial Twitter.
Sosok Gita Savitri menjadi trending lantaran memberikan komentar atas aksi tutup mulut Timnas Jerman, yang menyimbolkan protes terhadap larangan atribut LGBT di Piala Dunia 2022 yang berlangsung di Qatar.
Dikutip dari Tribun Lombok, Gita Savitri mengklaim Qatar seolah memanfaatkan budaya negaranya untuk membenarkan homophobia terhadap LGBT.
Tentu, pernyataan Gita Savitri tersebut menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat.
Ada pihak yang sependapat dengan Gita Savitri.
Namun, ada pun yang memberikan kritik tanggapan.
Baca juga: Profil Gita Savitri yang Trending di Twitter Gara-gara Komentari Aksi Tutup Mulut Timnas Jerman
"Ada satu orang yang bertanya opini gua tentang protes atau reaksi tutup mulutnya Die Mannschaft (tim sepak bola Jerman) di Qatar kemarin."
"Jadi sebelum World Cup ini berjalan, gua mencoba untuk do my research," terang Gita Savitri, dikutip dari YouTube Gita Savitri Devi Sabtu (26/11/2022).
Gita Savitri pun memberikan penjelasan dan berbagai pandangannya, termasuk dengan hal yang membuatnya nyaman di Jerman.
Diketahui, kini Gita Savitri tinggal di Jerman.
Gita Savitri mengatakan bahwa orang yang bersifat open minded membuat masyarakat muslim nyaman di Jerman.
"Orang-orang open minded lah yang ngebikin gua itu bisa tinggal nyaman di Jerman."
"Orang-orang open minded lah yang bikin muslim-muslim itu banyak yang bisa nyaman," tuturnya.
Perempuan yang biasa dipanggil Gitasav itu, juga menyampaikan bahwa di Jerman, ia bisa merasa lebih baik dan damai jika dibandingkan dengan negara asalnya.
"Bisa hidup senormal aja, damai aja di negara-negara yang bukan negara asalnya."
"Kalau di Barat nih ya, ibaratnya musuh gua itu adalah orang-orang konservatif."
"Orang-orang konservatif itu yang attacking identitas gua," imbuhnya.
Di sisi lain, Gitasav juga menyadari bahwa ia juga harus peduli dengan pihak lain.
"Kita nggak bisa cuma eksklusif aja, cuma fokus ke kaum kita doang."
"Gua juga merasa gua harus bisa aware dan harus care sama grup-grup lain"
"Contohnya gua a feminist, I'm trying to fight against patriarchy, gua juga harus aware sama isu kelas," tutup Gita Savitri.
(Tribunnews.com/Katarina Retri) (Tribun Lombok)
Berita lainnya terkait Gita Savitri