Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Petisi online yang menentang tampilnya bintang film seni bela diri Donnie Yen yang didapuk menjadi Host dalam memberikan penghargaan Piala Oscar 2023, telah diterbitkan pada minggu lalu.
Petisi ini telah mengumpulkan lebih dari 90.000 tanda tangan pada Kamis lalu.
Perlu diketahui, para pembuat petisi telah menuduh Yen mendukung Partai Komunis China (PKC).
Baca juga: Digelar Hari Ini, Cek Link Live Streaming Nonton Piala Oscar 2023
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (13/3/2023), petisi tersebut dimulai oleh Aktivis terkenal Hong Kong Tong Wai-Hung.
Teks yang diposting di situs petisi Change.org itu mengklaim bahwa aktor jago bela diri itu telah membuat beberapa pernyataan untuk mendukung kebijakan pemerintah China.
Bahkan Yen diduga menyebut pengunjuk rasa Hong Kong sebagai 'perusuh' pada 2019.
"Pernyataan ini tidak hanya melanggar semangat kebebasan berbicara, namun juga menyangkal hak rakyat Hong Kong untuk memperjuangkan kebebasan dan demokrasi mereka," tegas Tong.
Baca juga: Petisi Tolak Aktor Hong Kong Donnie Yen untuk Jadi Presenter Piala Oscar Tembus 100.000
Oleh karena itu, petisi tersebut dibuat untuk mendesak Piala Oscar membatalkan penampilan Yen pada event yang dijadwalkan dihelat 13 Maret ini.
Donnie Yen yang kini telah berusia 53 tahun merupakan bintang film aksi yang dikenal luas karena memerankan karakter Ip Man, Guru legenda film seni bela diri Bruce Lee, dalam serial film eponymous pada 2008 hingg 2019.
Filmografi Amerika-nya termasuk di antaranya 'Rogue One: A Star Wars Story' dan film yang akan segera tayang 'John Wick: Chapter 4'.
Dalam wawancaranya dengan GQ pada Februari lalu, Yen menyatakan bahwa dirinya 'bangga sebagai orang China' dan juga mengkritik media Barat karena berfokus pada cerita negatif tentang tanah airnya.
Menurutnya, Barat mengabaikan kemajuan yang telah dicapai China.
Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa 'patriotisme Yen dapat membuatnya mendapat masalah'.
Majalah tersebut mengutip ucapan sang aktor tentang peristiwa 2019 di Hong Kong.
"Itu bukan protes, oke, itu kerusuhan," kata Yen saat itu.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dirinya tidak ingin berpolitik, namun hanya berbicara dari pengalamannya sendiri dan pengalaman orang-orang yang ia kenal di wilayah tersebut.
Demonstrasi memang telah terjadi di Hong Kong pada 2019 dan 2020, untuk memprotes pengenalan Undang-undang (UU) Ekstradisi baru yang diterapkan oleh pemerintah daerah yang memungkinkan China mengamankan pemindahan orang dari wilayah otonom yang dituduh melanggar UU China.
Namun, aksi protes itu segera berubah menjadi gerakan yang lebih luas yang menuntut reformasi demokrasi dan kemungkinan kemerdekaan Hong Kong dari China.