News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menyingkap Potret Kelam Media Sosial lewat Film Budi Pekerti Karya Wregas Bhanuteja

Penulis: Yosephin Pasaribu
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cuplikan film Budi Pekerti karya Wregas Bhanuteja.

TRIBUNNEWS.COM - Setelah sukses dengan filmnya yang berjudul "Penyalin Cahaya” di tahun 2021, Wregas Bhanuteja menghadirkan karya terbarunya yang kembali mengangkat isu kemanusiaan.

Bertajuk "Budi Pekerti", sutradara asal Jogja tersebut mengemas isu yang sangat dekat dengan kehidupan sosial di era digital sekarang ini. Film berdurasi 110 menit ini mengungkap kekuatan media sosial yang mampu membuat suatu peristiwa dengan cepat menjadi viral dan heboh, namun tak jarang berujung menjadi sebuah bencana.

Film "Budi Pekerti" menceritakan tentang perjalanan seorang guru bimbingan konseling (BK) di salah satu SMP, yakni bernama Bu Prani Siswoyo bersama suami dan kedua orang anaknya yang bekerja sama melawan kejamnya perundungan di media sosial. 

Kisah keluarga ini bermula ketika Bu Prani (diperankan Sha Ine Febriyanti) sedang menunggu antrean kue putu langganannya sejak kuliah. Kelezatan kue legendaris tersebut menjadikan hidangan ini terkenal di berbagai kalangan, dari masyarakat setempat hingga wisatawan, sehingga penjual menerapkan sistem nomor antrean bagi para pengunjungnya.

Kala itu, Bu Prani berniat membelikan kue putu untuk suaminya, Didit (diperankan Dwi Sasono), yang tengah mengalami depresi karena kegagalan bisnis di tengah pandemi Covid-19.

Saat sedang menunggu nomor antreannya dipanggil, tiba-tiba Bu Prani melihat seorang pembeli menyerobot hingga membuatnya kesal dan bergegas menegur bapak itu.

Sayangnya, momen ketika Bu Prani tersulut emosi direkam oleh segelintir orang yang kemudian dipublikasikan ke media sosial hingga akhirnya viral. Dari sinilah konflik terjadi.

Hari ke hari warganet kian gencar mengusik ketenangan Bu Prani dengan terus mencari-cari kesalahannya dan berimbas pada keseharian kedua anaknya, Tita (diperankan Prilly Latuconsina) dan Muklas (diperankan Angga Yunanda). 

Kecaman, ancaman, dan komentar miring yang datang terus-menerus makin mengucilkan kehidupan keluarga Bu Prani, bahkan mengancam perjalanan karirnya sebagai guru BK di sekolah. Perjuangan Bu Prani dan keluarganya dalam melawan cyber bullying pun berlanjut. 

Pesan tersirat dalam film "Budi Pekerti:

Kisah Bu Prani dan keluarganya dalam film “Budi Pekerti” dikemas dalam cerita yang cukup sederhana, namun memiliki pesan yang mendalam dan relevan dengan kehidupan sosial di dunia maya.

Melalui film "Budi Pekerti" kita kembali diingatkan untuk selalu sadar dan bijak dalam melontarkan asumsi di media sosial, sebab bisa dilihat dalam film ini, ketikan netizen mampu memengaruhi kehidupan seseorang.

Selain mengingatkan untuk lebih bijak lagi dalam menggunakan media sosial, film ini juga mengajak kita untuk peduli dengan kesehatan jiwa diri sendiri dengan rehat sejenak di tengah riuhnya kehidupan. 

Film "Budi Pekerti" tidak hanya menyampaikan cerita dan pesan yang mendalam, namun juga menyuguhkan visual yang menarik. Jika diperhatikan, terdapat sejumlah simbol semiotika pada visualnya, seperti penggunaan warna kuning dan biru yang mendominasi di sepanjang film. 

Nah, jika kamu penasaran dengan karya garapan Wregas Bhanuteja yang diproduksi oleh Rekata Studio dan Kaninga Pictures ini, yuk segera merapat ke bioskop terdekat di kotamu dan saksikan film "Budi Pekerti"!

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini