Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bakteri Mycoplasma Pneumoniae yang menginfeksi anak-anak di China jadi sorotan setelah kasus itu mengalami kenaikan signifikan.
Kementerian Kesehatan RI baru-baru ini mengumumkan 6 kasus Mycoplasma Pneumoniae pada anak di Indonesia.
Lantas apa perbedaan Pneumoniae biasa dengan infeksi Mycoplasma Pneumoniae?
Terkait hal ini, Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dr Nastiti Kaswandani beri jawaban.
Perbedaan pertama, Pneumoniae biasa disebabkan oleh virus Pneumokokus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib) hingga Covid-19.
Kedua, dari segi gejala, ketika anak terinfeksi virus tadi, maka akan muncul demam, batuk, sampai timbul sesak anak balita.
Bahkan pada tahap serius, anak-anak bisa dirawat dan butuh oksigen.
"Tapi kalau mycoplasma masuk golongan atipik. Berarti artinya tidak khas gejala sampai timbul sesak dan dirawat gejala lebih ringan,"ungkapnya pada konferensi pers virtual, Kamis (7/12/2023).
Lebih lanjut dr Nastiti mengungkapkan jika Mycoplasma Pneumoniae sebenarnya lebih ringan dibandingkan sebelumnya.
Perbedaan gejala, sesaknya sangat jarang dibandingkan Pneumonia pada umumnyaii sehingga perawatan di rumah sakit sangat jarang.
Kematian pun lebih jarang dibandingkan Mycoplasma Pneumoniae.
Lebih lanjut ia pun menekankan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dalam mencegah penularan.
Jangan lupa gunakan masker, mencuci tangan dan tetap lakukan etiket batuk.
Kalau sakit, jangan ke sekolah atau bermain keluar rumah.
Seperti halnya infeksi saluran pernapasan lainnya, ditularkan melalui droplet atau percikan yang mengandung kuman mycoplasma pnemunia.
"Jadi ketika anak sakit, kemudian batuk, bersin sampai anak sehat lain di situ terjadi penularan. Sangat mungkin terjadi di tempat sekolah, rumah, pertemuan keluarga," jelas dr Nastiti.