TRIBUNNEWS.COM - Farah Primadani, dokter forensik yang melakukan autopsi pada mayat Raden Andante Khalif Pramudityo alias Dante menjawab soal luka memar di tubuh anak Tamara Tyasmara tersebut.
Dari keterangannya, tidak ditemukan luka memar yang tak wajar di tubuh Dante.
Padahal, sebelumnya Tamara Tyasmara sempat mengaku menggigit putranya itu sesaat setelah meninggal dunia.
Farah menilai, hanya ada lebam mayat di mana itu adalah hal yang wajar.
"Jangan bilang luka lebam, kalo luka itu memar, kalo lebam itu normal. Lebam mayat itu normal untuk setiap jenazah. Semua mayat yang meninggal pasti akan timbul lebam," jelasnya, dikutip dari Cumi-cumi, Selasa (13/2/2024).
Ia kemudian menguraikan kondisi jenazah Dante.
"Kalo pada jenazah ini tidak kami temukan ya, jadi sesuai yang saya sampaikan tadi di pers rilis kondisi jenazah kan memang sebagian sudah mulai membusuk, sebagian kulit ari di beberapa tempat sudah mulai menghilang ya."
"Tapi di tempat lain yang masih utuh tidak kami temukan tanda-tanda kekerasan," tandasnya.
Adapun sebelumnya, Tamara Tyasmara mengaku sempat menggigit Dante setelah mengetahui putranya itu tewas.
Tamara berdalih melakukan hal itu karena ingin putranya merespons.
“Aku gigitin semuanya. Waktu Dante udah di IGD aku gigitin semuanya, sebadan aku cubit semua buat ada respons. Itu niat aku, aku pukulin semuanya pokoknya mau bangunin Dante niatnya,” kata Tamara Tyasmara, Selasa (6/2/2024).
Baca juga: Polisi Kenakan Pasal Kelalaian Berkait Kasus Kematian Anak Tamara Tyasmara, Siapa Terlapornya?
Tamara memastikan dirinya diselimuti rasa panik dan khawatir melihat kondisi sang anak, sehingga terpaksa melakukan cara tersebut untuk menyadarkan Dante.
"Aku pukulin semuanya pokoknya mau bangunin Dante niatnya," ungkapnya.
Namun sayang usahanya itu tidak membuahkan hasil hingga Dante dinyatakan meninggal dunia.
Hasil Autopsi Dante
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, dokter forensik, Farah Primadani juga membeberkan hasil autopsi Dante.
Diungkapkan Farah, tim forensik mulai menemui kesulitan lantaran sebagian besar organ Dante mulai membusuk.
Apalagi, autopsi terhadap mayat bocah enam tahun itu dilakukan setelah sepuluh hari kematiannya.
"Biasanya kalo orang tenggelam, dia menghirup air dan masuk ke paru-paru. Kemudian nembus ke pembuluh darah. Dan tumpukan air itu biasanya akan ikut tuh ke saluran sirkulasi darah akhirnya dia nempel tuh di tiap-tiap organ."
"Nah, makanya kita berharap banget waktu autopsi organnya masih utuh. Kalo organnya masih utuh, kita masih bisa periksa," urainya.
Sayangnya, hal ini tidak berlaku pada kasus Dante.
"Tapi pada kasus ini kan semua organnya sudah busuk ya, jadi satu-satunya organ yang masih viabel untuk kita ambil kemarin hatinya sama sumsum tulang," tandasnya.
Ia juga menggambarkan kondisi paru-paru putra Angger Dimas tersebut.
"Kalau pada tenggelam kan memang paling berefek pertama adalah paru-parunya, makanya di beberapa literatur pun paru-parunya lah yang akan kita nilai."
"Seberapa besar sih dampaknya, karena pada korban tenggelam biasanya paru-parunya akan membengkak berisi cairan. Jadi beratnya tuh, kurang lebih paru 200-300 gram, tapi kalo pada orang tenggelam bisa meningkat dua kali lipatnya sampai 700 graman," jelasnya.
Akan tetapi, tim forensik menemui kesulitan karena sudah cukup lama Dante dimakamkan.
Baca juga: Hubungan Asmara Tamara Tyasmara dan YA Ditelisik, Bakal Ada Tersangka Lain di Kasus Kematian Dante?
"Tapi pada kondisi ini, kita mengalami kelemahannya adalah sudah sepuluh hari. Makanya itu, seandainya dilakukan pemeriksaan di awal-awal sekali itu akan membantu kami di kedokteran forensik agar lebih maksimal," tandasnya.
Adapun, Farah menggambarkan kondisi paru-paru Dante yang telah mencair.
"Kalo tadi sih mencair, lunak," tambahnya.